Jumat, 12 Oktober 2012

AL-QUR'AN DAN ILMU

Pandangan Al-Quran tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw . Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya (QS Al-’Alaq [96]: 1-5). Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Quran menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya. Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini bukan sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak akan diperoleh kecuali mengulang-ulang bacaan atau membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan. Tetapi hal itu untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan bismi Rabbik (demi Allah] akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru, walaupun yang dibaca masih itu-itu juga. Demikian pesan yang dikandung Iqra’ wa rabbukal akram (Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah). Selanjutnya, dari wahyu pertama Al-Quran diperoleh isyarat bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia. Cara kedua dengan mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT Setiap pengetahuan memiliki subjek dan objek. Secara umum subjek dituntut peranannya untuk memahami objek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa objek terkadang memperkenalkan diri kepada subjek tanpa usaha sang subjek. Misalnya komet Halley yang memasuki cakrawala hanya sejenak setiap 76 tahun. Pada kasus ini, walaupun para astronom menyiapkan diri dengan peralatan mutakhirnya untuk mengamati dan mengenalnya, sesungguhnya yang lebih berperan adalah kehadiran komet itu dalam memperkenalkan diri. Wahyu, ilham, intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya, atau apa yang diduga sebagai “kebetulan” yang dialami oleh ilmuwan yang tekun, semuanya tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat dianalogikan dengan kasus komet di atas. Itulah pengajaran tanpa qalam yang ditegaskan oleh wahyu pertama Al-Quran tersebut. ILMU Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Quran. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. ‘Ilm dari segi bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Perhatikan misalnya kata ‘alam (bendera), ‘ulmat (bibir sumbing), ‘a’lam (gunung-gunung), ‘alamat (alamat), dan sebagainya. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Sekalipun demikian, kata ini berbeda dengan ‘arafa (mengetahui)’ a’rif (yang mengetahui), dan ma’rifah (pengetahuan). Allah SWT tidak dinamakan a’rif’ tetapi ‘alim, yang berkata kerja ya’lam (Dia mengetahui), dan biasanya Al-Quran menggunakan kata itu –untuk Allah– dalam hal-hal yang diketahuinya, walaupun gaib, tersembunyi, atau dirahasiakan. Perhatikan objek-objek pengetahuan berikut yang dinisbahkan kepada Allah: ya’lamu ma yusirrun (Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan), ya’lamu ma fi al-arham (Allah mengetahui sesuatu yang berada di dalam rahim), ma tahmil kullu untsa (apa yang dikandung oleh setiap betina/perempuan), ma fi anfusikum (yang di dalam dirimu), ma fissamawat wa ma fil ardh (yang ada di langit dan di bumi), khainat al-’ayun wa ma tukhfiy ash-shudur (kedipan mata dan yang disembunyikan dalam dada). Demikian juga ‘ilm yang disandarkan kepada manusia, semuanya mengandung makna kejelasan. Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan Al-Quran pada surat Al-Baqarah (2) 31 dan 32: Dan dia (Allah) mengajarkan kepada Adam, nama-nama (benda-benda) semuanya. Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat seraya berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar (menurut dugaanmu).” Mereka (para malaikat) menjawab, “Mahasuci Engkau tiada pengetahuan kecuali yang telah engkau ajarkan. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah (2) 31 dan 32) Manusia, menurut Al-Quran, memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu, bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula Al-Quran menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang-orang yang berpengetahuan. Menurut pandangan Al-Quran –seperti diisyaratkan oleh wahyu pertama– ilmu terdiri dari dua macam. Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, dinamai ‘ilm ladunni, seperti diinformasikan antara lain oleh Al-Quran surat Al-Kahfi (18): 65. Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seorang hamba dan hamba-hamba Kami, yang telah Kami anugerahkan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dan sisi Kami. Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia, dinamai ‘ilm kasbi. Ayat-ayat ‘ilm kasbi jauh lebih banyak daripada yang berbicara tentang ‘ilm laduni. Pembagian ini disebabkan karena dalam pandangan Al-Quran terdapat hal-hal yang “ada” tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia sendiri. Ada wujud yang tidak tampak, sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh Al-Quran, antara lain dalam firman-Nya: Aku bersumpah dengan yang kamu lihat dan yang kamu tidak lihat (QS Al-Haqqah [69]: 38-39). Dengan demikian, objek ilmu meliputi materi dan non-materi. fenomena dan non-fenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui oleh manusia pun tidak. Dia menciptakan apa yang tidak kamu ketahui (QS Al-Nahl [16]: . Dari sini jelas pula bahwa pengetahuan manusia amatlah terbatas, karena itu wajar sekali Allah menegaskan. Kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit (QS Al-lsra’[17]: 85). OBJEK ILMU DAN CARA MEMPEROLEHNYA Berdasarkan pembagian ilmu yang disebutkan terdahulu, secara garis besar objek ilmu dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu alam materi dan alam non-materi. Sains mutakhir yang mengarahkan pandangan kepada alam materi, menyebabkan manusia membatasi ilmunya pada bidang tersebut. Bahkan sebagian mereka tidak mengakui adanya realitas yang tidak dapat dibuktikan di alam materi. Karena itu. objek ilmu menurut mereka hanya mencakup sains kealaman dan terapannya yang dapat berkembang secara kualitatif dan penggandaan, variasi terbatas, dan pengalihan antarbudaya. Objek ilmu menurut ilmuwan Muslim mencakup alam materi dan non-materi. Karena itu, sebagai ilmuwan Muslim –khususnya kaum sufi melalui ayat-ayat Al-Quran– memperkenalkan ilmu yang mereka sebut al-hadharat Al-Ilahiyah al-khams (lima kehadiran Ilahi) untuk menggambarkan hierarki keseluruhan realitas wujud. Kelima hal tersebut adalah: (l) alam nasut (alam materi), (2) alam malakut (alam kejiwaan), (3) alam jabarut (alam ruh), (4) alam lahut (sifat-sifat Ilahiyah), dan (5) alam hahut (Wujud Zat Ilahi). Tentu ada tata cara dan sarana yang harus digunakan untuk meraih pengetahuan tentang kelima hal tersebut. Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur (menggunakannya sesuai petunjuk Ilahi untuk memperoleh pengetahuan) (QS Al-Nahl [16]: 78). Ayat ini mengisyaratkan penggunaan empat sarana yaitu, pendengaran, mata (penglihatan) dan akal, serta hati. Trial and error (coba-coba), pengamatan, percobaan, dan tes-tes kemungkinan (probability) merupakan cara-cara yang digunakan ilmuwan untuk meraih pengetahuan. Hal itu disinggung juga oleh Al-Quran, seperti dalam ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berpikir tentang alam raya, melakukan perjalanan, dan sebagainya, kendatipun hanya berkaitan dengan upaya mengetahui alam materi. Perhatikanlah apa yang terdapat di langit dan di bumi … (QS Yunus [10]: 101). Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditancapkan dan bagaimana bumi dihamparkan? (QS Al-Ghasyiyah [88]: 17-20). Apakah mereka tidak memperhatikan bumi? Berapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu aneka ragam tumbuhan yang baik? (QS Al-Syu’ara’ [26]: 7) Apakah mereka tidak melakukan perjalanan di bumi … (QS 12: 109; 22: 46; 35: 44; dan lain-lain). Di samping mata, telinga, dan pikiran sebagai sarana meraih pengetahuan, Al-Quran pun menggarisbawahi pentingnya peranan kesucian hati. Wahyu dianugerahkan atas kehendak Allah dan berdasarkan kebijaksanaan-Nya tanpa usaha dan campur tangan manusia. Sementara firasat, intuisi, dan semacamnya, dapat diraih melalui penyucian hati. Dari sini para ilmuwan Muslim menekankan pentingnya tazkiyah an-nafs (penyucian jiwa) guna memperoleh hidayat (petunjuk/pengajaran Allah), karena mereka sadar terhadap kebenaran firman Allah: Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi dari ayat-ayat Ku … (QS Al-A’raf [7]: 146). Berkali-kali pula Al-Quran menegaskan bahwa inna Allah la yahdi, sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada al-zhalimin (orang-orang yang berlaku aniaya), al-kafirin (orang-orang yang kafir), al-fasiqin (orang-orang yang fasik), man yudhil (orang yang disesatkan), man huwa kadzibun kaffar (pembohong lagi amat inkar), musrifun kazzab (pemboros lagi pembohong), dan lain-lain. Memang, mereka yang durhaka dapat saja memperoleh secercah ilmu Tuhan yang bersifat kasbi, tetapi yang mereka peroleh itu terbatas pada sebagian fenomena alam, bukan hakikat (nomena). Bukan pula yang berkaitan dengan realitas di luar alam materi. Dalam konteks ini Al-Quran menegaskan: … Tetapi banyak manusia yang tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia sedangkan tentang akhirat mereka lalai (QS Al-Rum [30]: 6-7). Para ilmuwan Muslim juga menggarisbawahi pentingnya mengamalkan ilmu. Dalam konteks ini, ditemukan ungkapan yang dinilai oleh sementara pakar sebagai hadis Nabi saw: “Barangsiapa mengamalkan yang diketahuinya maka Allah menganugerahkan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya”. Sebagian ulama merujuk kepada Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 282 untuk memperkuat kandungan hadis tersebut. Bertakwalah kepada Allah, niscaya Dia mengajar kamu. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah ayat 282) Atas dasar itu semua, Al-Quran memandang bahwa seseorang yang memiliki ilmu harus memiliki sifat dan ciri tertentu pula, antara lain yang paling menonjol adalah sifat khasyat (takut dan kagum kepada Allah) sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya, . Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama (QS Fathir [35]: 28). Dalam konteks ayat ini, ulama adalah mereka yang memiliki pengetahuan tentang fenomena alam. Rasulullah saw menegaskan bahwa “Ilmu itu ada dua macam, ilmu di dalam dada, itulah yang bermanfaat, dan ilmu sekadar di ujung lidah, maka itu akan menjadi saksi yang memberatkan manusia”. MANFAAT ILMU Dari wahyu pertama, juga ditemukan petunjuk tentang pemanfaatan ilmu. Melalui Iqra’ bismi Rabbika, digariskan bahwa titik tolak atau motivasi pencarian ilmu, demikian juga tujuan akhirnya, haruslah karena Allah. Syaikh Abdul Halim Mahmud, mantan pemimpin tertinggi Al-Azhar, memahami Bacalah demi Allah dengan arti untuk kemaslahatan makhluknya. Bukankah Allah tidak membutuhkan sesuatu, dan justru makhluk yang membutuhkan Allah SWT. Semboyan “ilmu untuk ilmu” tidak dikenal dan tidak dibenarkan oleh Islam. Apa pun ilmunya, materi pembahasannya harus bismi Rabbik, atau dengan kata lain harus bernilai Rabbani. Sehingga ilmu yang –dalam kenyataannya dewasa ini mengikuti pendapat scbagian ahli– “bebas nilai”, harus diberi nilai Rabbani oleh ilmuwan Muslim. Kaum Muslim harus menghindari cara berpikir tentang bidang-bidang yang tidak menghasilkan manfaat, apalagi tidak memberikan hasil kecuali menghabiskan energi. Rasulullah saw sering berdoa, “Wahai Tuhan, Aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat”. Atas dasar ini pula berpikir atau menggunakan akal untuk mengungkap rahasia alam metafisika, tidak boleh dilakukan. Artinya, hati mesti dipergunakan untuk menjelajahi alam metafisika. Menarik untuk dikemukakan bahwa ayat-ayat Al-Quran vang berbicara tentang alam raya, menggunakan redaksi yang berlainan ketika menunjukkan manfaat yang diperoleh dan alam raya, walaupun objek atau bagian alam yang diuraikan sama. Perhatikan misalnya ketika Al-Quran menguraikan as-samawat wal-ardh. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 164, penjelasan ditutup dengan menyatakan, la ayatin liqaum(in) ya’qilun (sungguh terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal). Sedangkan dalam Al-Quran surat Ali-’Imran ayat 90, ketika menguraikan persoalan yang sama diakhiri dengan la ayatin li-ulil albab (pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi Ulil Albab (orang-orang yang memiliki saripati segala sesuatu). Inilah antara lain fashilat {penutup) ayat-ayat yang berbicara tentang alam raya, yang darinya dapat ditarik kesan adanya beragam tingkat dan manfaat yang seharusnya dapat diraih oleh mereka yang mempelajari fenomena alam: yatafakkarun (yang berpikir) (QS 10: 24) ya’lamun (yang mengetahui) (QS 10: 5), yatazakkarun (yang mengambil pelajaran) (QS 16: 13), ya’qilun (yang memahami) (QS 16: 12), yasma’un (yang mendengarkan) (QS 30: 23), yuqinun (yang meyakini) (QS 45: 4), al-mu’minin (orang-orang yang beriman) (QS 45: 3), al-’alimin (orang-orang yang mengetahui) (QS 30: 22). TEKNOLOGI Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis.” Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Menelusuri pandangan Al-Quran tentang teknologi, mengundang kita menengok sekian banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-ulang Al-Quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia. Dan dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai anugerah) dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13). Penundukan tersebut –secara potensial– terlaksana melalui hukum-hukum alam yang ditetapkan Allah dan kemampuan yang dianugerahkan-Nya kepada manusia. Al-Quran menjelaskan sebagian dari ciri tersebut, antara lain: (a) Segala sesuatu di alam raya ini memiliki ciri dan hukum-hukumnya. Segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ukuran (QS Al-Ra’d [13]: . Matahari dan bulan yang beredar dan memancarkan sinar, hingga rumput yang hijau subur atau layu dan kering, semuanya telah ditetapkan oleh Allah sesuai ukuran dan hukum-hukumnya. Demikian antara lain dijelaskan oleh Al-Quran surat Ya Sin ayat 38 dan Sabihisma ayat 2-3 . (b) Semua yang berada di alam raya ini tunduk kepada-Nya: Hanya kepada Allah-lah tunduk segala yang di langit dan di bumi secara sukarela atau terpaksa (QS Al-Ra’d [13]: 15). (c) Benda-benda alam –apalagi yang tidak bernyawa– tidak diberi kemampuan memilih, tetapi sepenuhnya tunduk kepada Allah melalui hukum-hukum-Nya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit yang ketika itu masih merupakan asap, lalu Dia (Allah) berkata kepada-Nya, “Datanglah (Tunduklah) kamu berdua (langit dan bumi) menurut perintah-Ku suka atau tidak suka!” Mereka berdua berkata, “Kami datang dengan suka hati” (QS Fushshilat (41) : ayat 11). Di sisi lain, manusia diberi kemampuan untuk mengetahui ciri dan hukum-hukum yang berkaitan dengan alam raya, sebagaimana diinformasikan oleh firman-Nya dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 31, Allah mengajarkan Adam nama-nama semuanya. (QS. Al-Baqarah ayat 31) Yang dimaksud nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya. Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan. Keberhasilan memanfatkan alam itu merupakan buah teknologi. Al-Quran memuji sekelompok manusia yang dinamainya ulil albab. Ciri mereka antara lain disebutkan dalam surat Ali-’Imran (3) 190-191: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab. Yaitu mereka yang berzikir (mengingat) Allah sambil berdiri, atau duduk atau berbaring, dan mereka yang berpikir tentang kejadian langit dan bumi. (QS. Ali-’Imran (3) 190-191) Dalam ayat-ayat di atas tergambar dua ciri pokok ulil albab, yaitu tafakkur dan dzikir. Kemudian keduanya menghasilkan natijah yang diuraikan pada ayat 195: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan mereka dengan berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal yang beramal di antara kamu, baik lelaki maupun perempuan …”. Natijah bukanlah sekadar ide-ide yang tersusun dalam benak, melainkan melampauinya sampai kepada pengamalan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Muhammad Quthb dalam bukunya Manhaj At-Tarbiyah Al-Islamiyah mengomentari ayat Ali ‘Imran tadi sebagai berikut: Maksudnya adalah bahwa ayat-ayat tersebut merupakan metode yang sempurna bagi penalaran dan pengamatan Islam terhadap alam. Ayat-ayat itu mengarahkan akal manusia kepada fungsi pertama di antara sekian banyak fungsinya, yakni mempelajari ayat-ayat Tuhan yang tersaji di alam raya ini. Ayat-ayat tersebut bermula dengan tafakur dan berakhir dengan amal. Lebih jauh dapat ditambahkan bahwa “Khalq As-samawat wal Ardh” di samping berarti membuka tabir sejarah penciptaan langit dan bumi, juga bermakna “memikirkan tentang sistem tata kerja alam semesta”. Karena kata khalq selain berarti “penciptaan”, juga berarti “pengaturan dan pengukuran yang cermat”. Pengetahuan tentang hal terakhir ini mengantarkan ilmuwan kepada rahasia-rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkan kepada penciptaan teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi umat manusia. Jadi, dapatkah dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh Al-Quran. Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada dua catatan yang perlu diperhatikan. Pertama, ketika Al-Quran berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Perhatikan misalnya uraian Al-Quran tentang kejadian alam: Dan Apakah orang-orang ingkar tidak mengetahui bahwa sesungguhnya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka apakah mereka tidak beriman? (QS Al-Anbiya’ [21]: 30). . Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat tentang teori Big Bang (Ledakan Besar), yang mengawali terciptanya langit dan bumi. Para pakar boleh saja berbeda pendapat tentang makna ayat tersebut, atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan bumi. Yang pasti, ketika Al-Quran berbicara tentang hal itu, dikaitkannya dengan kekuasaan dan kebesaran Allah; serta keharusan beriman pada-Nya. Pada saat mengisyaratkan pergeseran gunung-gunung dari posisinya, sebagaimana kemudian dibuktikan para ilmuwan informasi itu dikaitkan dengan Kemahahebatan Allah SWT: Kamu lihat gunung-gunung, yang kamu sangka tetap di tempatnya, padahal berjalan sebagaimana halnya awan. Begitulah perbuatan Allah, yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al-Naml [27]: 88). Ini berarti bahwa sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap Kehadiran dan Kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi Rabbik. Kedua, Al-Quran sejak dini memperkenalkan istilah sakhkhara yang maknanya bermuara kepada “kemampuan meraih –dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan– segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik”. Ketika Al-Quran memilih kata sakhhara yang arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia. Bukankah manusia diciptakcan oleh Allah sebagai khalifah? Tidaklah wajar seorang khalifah tunduk dan merendahkan diri kepada sesuatu yang telah ditundukkan Allah kepadanya. Jika khalifah tunduk atau ditundukkan oleh alam. maka ketundukan itu tidak sejalan dengan maksud Allah SWT. Di atas telah dikemukakan bahwa penundukan Allah terhadap alam raya bersama potensi yang dimiliki manusia –bila digunakan secara baik– akan membuahkan teknologi. Dari kedua catatan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya di samping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang berada di alam raya ini. Kalaulah alat atau mesin dijadikan sebagai gambaran konkret teknologi, dapat dikatakan bahwa pada mulanya teknologi merupakan perpanjangan organ manusia. Ketika manusia menciptakan pisau sebagai alat pemotong, alat ini menjadi perpanjangan tangannya. Alat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan organ manusia. Alat itu sepenuhnya tunduk kepada si Pemakai, melebihi tunduknya budak belian. Kemudian teknologi berkembang, dengan memadukan sekian banyak alat sehingga menjadi mesin. Kereta, mesin giling, dan sebagainya, semuanya berkembang, khususnya ketika mesin tidak lagi menggunakan sumber energi manusia atau binatang, melainkan air, uap, api, angin, dan sebagainya. Pesawat udara, misalnya, adalah mesin. Kini, pesawat udara tidak lagi menjadi Perpanjangan organ manusia, tetapi perluasan atau penciptaan organ dan manusia. Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang memungkinkannya mampu terbang? Tetapi dengan pesawat, ia bagaikan memiliki sayap. Alat atau mesin tidak lagi menjadi budak, tetapi telah menjadi kawan manusia. Dari hari ke hari tercipta mesin-mesin semakin canggih. Mesin-mesin tersebut melalui daya akal manusia –digabung-gabungkan dengan yang lainnya, sehingga semakin kompleks, serta tidak bisa lagi dikendalikan oleh seorang. Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakan tugas yang dulu mesti dilakukan oleh banyak orang. Pada tahap ini, mesin telah menjadi semacam “seteru” manusia, atau lawan yang harus disiasati agar mau mengikuti kehendak manusia. Dewasa ini telah lahir teknologi –khususnya di bidang rekayasa genetika– yang dikhawatirkan dapat menjadikan alat sebagai majikan. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal “majikan” yang akan diperbudak dan ditundukkan oleh alat. Jika begitu, ini jelas bertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan di terdahulu. Berdasarkan petunjuk kitab sucinya, seorang Muslim dapat menerima hasil-hasil teknologi yang sumbernya netral, dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur “debu tanah” manusia maupun unsur “ruh Ilahi” manusia. Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dan tafakur, serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, maka ketika itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia darl jati diri dari tujuan penciptaan, sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh Islam. Karena itu, menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi, dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya. Bagaimana mengarahkan teknologi yang dapat berjalan seiring dengan nilai-nilai Rabbani, atau dengan kata lain bagaimana memadukan pikir dan zikir, ilmu dan iman?. Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul Allah Muhammad saw pun diperintahkan agar berusaha dan berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya Qul Rabbi zidni ‘ilma (Berdoalah [hai Muhammad], “Wahai Tuhanku, tambahlah untukmu ilmu”) (QS Thaha [20]: 114), karena fauqa kullu zi ‘ilm (in) ‘alim (Di atas setiap pemilik pengethuan, ada yang amat mengetahui (QS Yusuf [12]: 72). Manusia memiliki naluri selalu haus akan pengetahuan. Rasulullah saw bersabda: “Dua keinginan yang tidak pernah puas, keinginan menuntut ilmu dan keinginan menuntut harta”. Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Karena itu, laju teknologi memang tidak dapat dibendung. Hanya saja manusia dapat berusaha mengarahkan diri agar tidak memperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan ilmu/teknologi yang dapat membahayakan dinnya. Agar ia tidak menjadi seperti kepompong yang membahayakan dirinya sendiri karena kepandaiannya. Al-Quran menegaskan: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya –karena air itu– tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya dan memakai (pula) perhiasannya dan penghuni-penghuninya telah menduga bahwa mereka mampu menguasainya (melakukan segala sesuatu), tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, maka kami jadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanaman-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir (QS Yunus [10]: 24). .

BERSUCI DAN WUDHU’

PENGERTIAN THAHARAH (BERSUCI ) Thaharah atau bersuci ialah menghilangkan hadas dan najis dari badan, pakaian dan tempat supaya dapat menunaikan ibadat khususnya ibadat solat. Bersuci itu adalah sesuatu yang wajib di dalam ajaran islam.Tanpa bersuci ibadat tidak diterima.Di antara cara bersuci ialah wuduk , mandi dan membersihkan najis dari badan dan pakaian. JENIS-JENIS BERSUCI 1- Menyucikan badan dari hadas kecil Iaitu menyucikan badan daripada hadas kecil dengan berwuduk atau bertayammum. Orang yang berhadas kecil diharamkam mengerjakan solat atau menyentuh al-Quran. 2. Menyucikan badan dari hadas besar Orang yang berjunub atau berhadas besar hendaklah membersihkan dirinya dengan mandi.Mereka yang berhadas besar ialah mereka yang melakukan persetubuhan ,orang yang haid dan nifas. Orang yang berhadas besar juga diharamkan mengerjakan solat,puasa,haji,duduk di dalam masjid,menyentuh dan membaca al-Quran. 3. Istinja’ Menghilangkan kotoran samada najis kecil (kencing) atau najis besar(tahi) dari tempat keluarnya dengan sesuatu yang bersih seperti air,kertas,batu,tisu dan sebagainya sehingga najis itu bersih. Istinja’ itu mestilah menghilangkan najis,baunya dan rasanya. Cara-cara beristinja’ 1. Istinja’ itu mestilah 3 kali ulang,kalau masih belum suci boleh di ulangi lagi sehingga bersih. 2. Alat dibuat istinja’ itu mestilah dapat membersihkan tempat najis yang keluar. 3. Sekiranya batu mestilah diambil sekurang-kurangnya 3 biji . JENIS-JENIS AIR 1. Ai Mutlak ( Air yang suci lagi menyucikan ) Air ini boleh digunakan untuk minum,mandi dan berwuduk dan boleh juga digunakan untuk membasuh.contoh air mutlak ialah air telaga,air sungai,air hujan,air mata air,air laut dan sebagainya, 2. Air Musta’mal (Air yang telah digunakan ) Air yang suci tetapi tidak boleh menyucikan Iaitu air yang telah berubah salah satu sifatnya,contoh seperti air kopi,air teh dan sebagainya.Termasuk juga dalam golongan ini air yang kurang dari dua kolah iaitu air yang sudah digunakan untuk berwuduk atau menghilangkan najis. 3. Air Mutannajis ( Air yang kotor) Air yang najis iaitu air yang sudah berubah semua sifatnya samada warna,rasa atau baunya dan bercampur dengan najis. 4. Air Musyammas (air yang berjemur pada matahari) Ialah air yang makruh untuk digunakan iaitulah air yang terjemur pada terik matahari dalam bekas selain bekas daripada emas atau perak.Air ini makruh digunakan untuk badan tetapi boleh digunakan untuk membasuh pakaian. JENIS – JENIS NAJIS 1. Najis Mughallazah (najis berat) Ialah najis yang berat iaitu najis anjing dan babi.Cara mencuci barang –barang yang terkena najis ini ialah dengan menyamak iaitulah membasuh dengan air sebanyak 7 kali.Basuhan pertama hendaklah dengan air bercampur dengan tanah. 2. Najis mukhaffafah (najis ringan) Iaitu najis yang ringan seperti kencing bayi yang berusia 2 tahun kebawahyang hanya minum susu ibunya saja.Cara menyucinya ialah dengan merenjis air di tempat terkena kencing itu. 3. Najis Mutawassitah (najis pertengahan) Iaitu najis pertengahan .Termasuk dalam kumpulan ini ialah air kencing ,tahi, darah,nanah,muntah,air mazi (iaitu air putih jernih yang keluar dari kemaluan ketika nafsu berahi meningkat),wadi (iaitu air putih jernih yang keluar dari kemaluan sesudah buang air kecil ketika kerja berat),arak dan susu binatang yang tidak boleh dimakan.Cara menyucinya ialah basuh dengan air bersih hingga hilang baunya,rasanya,dan warnanya.Jika sudah dibasuh berulang-ulang kali tetapi baud an warnanya tidak juga hilang adalah dimaafkan. WUDUK Pengertian wuduk Wuduk menurut bahasa ertinya bersih dan indah.Menurut syarak ertinya membersihkan aggota wuduk untuk menghilangkan hadas kecil.Bagi orang yang hendak menunaikan solat wajiblah baginya berwuduk dahulu kerana berwuduk adalah syarat sahnya solat. Fardu Wuduk Fardu Wuduk ada enam perkara Pertama : Niat. Iaitulah berniat dalam hati ketika membasuh sebahagian muka.membaca lafaz adalah sunat.ucapan niat: نويت رفع الحدث الاصغر لله تعالى “ Sahaja aku berwuduk bagi mengangkat hadas yang kecil kerana Allah Taala” Kedua : Membasuh muka Iaitu membasuh dari sekeliling tempat tumbuhnya rambut kepala hinggga ke bawah dagu dan dari telinga kanan hingga ke telinga kiri. Ketiga : Membasuh kedua tangan hingga kesiku dimulai dengan tangan kanan kemudian tangan kiri. Keempat : Membasuh atau menyapu sebahagian dari kepala. Sekurang-kurangnya membasahkan 3 helai rambut dikepala. Kelima : Membasuh kedua kaki hingga ke buku lali dimulai dari kaki kaki kemudian kaki kiri. Keenam : Tertib iaitu melakukan wuduk mengikut turutan dan berturut-turut. SYARAT-SYARAT WUDUK 1. Beragama ilslam 2. Mumaiyiz iaitu seseorang yang telah dapat membezakan antara yang bersih dengan yang kotor. 3. Suci dari haid dan nifas 4. Dengan air yang suci lagi menyucikan 5. Tidak ada sesuatu yang dapat menghalang air sampai kekulit (anggota wuduk) seperti getah,minyak dan sebagainya. 6. Mengetahui yang mana wajib dan yang mana sunat SUNAT-SUNAT WUDUK 1. Membaca Bismillah 2. Membasuh kedua tangan sehingga ke pergelangan tangan 3. Berkumur-kumur 4. Memasukkan air kehidung 5. Menyapu seluruh kepala 6. Menyapu air kedua-dua telinga luar dan dalam 7. membasuh tiap-tiap anggota wuduk tiga kali 8. Tidak bercakap-cakap ketika berwuduk 9. Bersugi 10. Membaca doa selepas berwuduk PERKARA-PERKARA YANG MEMBATALKAN WUDUK 1. Keluar sesuatu dari dua jalan iaitu qubul dan dubur seperti kentut,kencing dsbnya. 2. Hilang ingatan dengan sebab gila atau pitam atau tidur yang tidak tetap kedudukannya 3. Bersentuh kulit antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrimnya. 4. menyentuh kemaluan dengan tapak tangan ataau perut anak jari.samada kemaluan sendiri atau orang lain. TAYAMMUM Tayammum ialah menyapu tanah dan kedua tangan hingga ke siku dengan beberapa syarat tertentu .Tayammun adalah sebagai ganti wuduk atau mandi wajib khususnya bagi mereka yang tidak boleh menggunakan air kerana sebab-sebab tertentu iaitu: 1. Uzur kerana sakit yang tidak boleh terkena air 2. Tiada air atau ada air yang cukup untuk minum sahaja. Syarat-syarat tayammum 1. Masuk waktu solat sedangkan air tidak ada, 2. Tidak ada air walaupun sudah berusaha mencarinya. 3. Tanah suci dan berdebu 4. Menghilangkan najis dari badannya dengan beristinja’ sebelum bertayammum. Rukun Tayammum 1. Berniat untuk bertayammum نويت التيمم لاستباحة فرض الصلاة “ Sahaja aku tayammum kerana mengharuskan fardu solat” 2. Menekankan kedua tapak tangan ke atas bedu yang suci. 3. Menyapu muka dengan tebu tadi. 4. Menekan kedua tapak tangan ke atas debu sekali lagi kemudian menyapu dua tapak tangan sampai kesiku. 5. Tertib Sunat Tayammum 1. Membaca Basmalah 2. Mengadap kiblat 3. Mendahului menyapu anggota kanan 4. Mengejakan dengan berturut-berturut Perkara yang membatalkan Tayammum 1. Semua perkara yang membatalkan wuduk 2. Mendapatkan air sebelum memulakan solat(bagi orang yang tidak uzur) 3. Apabila orang yang uzur boleh menggunakan air. MANDI WAJIB ATAU MANDI JUNUB Mandi wajib ialah mandi yang wajib dilakukan bagi mengangkat hadas yang besar setelah berlaku salah satu daripada sebab-sebab yang menyebabkan wajibnya mandi wajib seperti bersetubuh. Sebab-sebab wajib mandi 1. Melakukan persetubuhan iaitu memasukkan kepala hasafah ke dalam faraj meskipun tidak keluar air mani. 2. Keluar air mani walaupun tidak bersetubuh 3. Mati kecuali mati syahid 4. Suci daripada Haid.apabila seseorang perempuan telah suci daripada haidnya maka wajiblah dia mandi dengan segera. 5. Suci dari darah nifas iaitu darah yang keluar sesudah melahirkan anak. 6. Wiladah iaitu melahirkan anak Rukun Mandi Wajib 1. Niat iaitu dengan lafaz niatnya: نويت رفع الحدث الاكبر لله تعالى “Sahaja aku mengangkat hadas besar kerana Allah Taala” 2. Menghilangkan semua najis daripada anggota badan. 3. Meratakan air ke seluruh badan Sunat-sunat mandi wajib 1. Membaca bismillah. 2. Mencuci faraj dan dubur dengan air bersih 3. Kalau ada najis ditubuh badan hendaklah dibersihkan terlebih dahulu. 4. Sunat berwuduk 5. Menjirus air kebadan dimulakan dari sebelah kanan. Perkara yang dilarang bagi orang yang berhadas besar. 1. Mengerjakan solat,termasuk juga sujud syukur,sujud tilawah,membaca khutbah jumaat. 2. Melakukan tawaf di Baitullah. 3. Menyentuh dan membaca al-Quran 4. Berhenti di dalam masjid atau berulang-alik di dalamnya. 5. Berpuasa dan sebagainya.

Puncaknya Ibadah

Puncaknya Ibadah Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, Saat ini kita dalam keadaan sehat walafiat Amiin.. Menurut Imam Ghazali untuk mencapai puncak ibadah itu ada beberapa syarat yaitu : 1. Beribadah dengan ilmu 2. Tanamkan dalam hati bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang 3. Menghadapi tantangan dan halangan dalam kehidupan dengan bijaksana 4. Setiap orang yang beriman pasti Allah uji 5. Menanamkan rasa takut,dan rasa harap kepada Allah 6. Kita waspada tentang yang merusak ibadah, yaitu syirik kepada Allah,ujub (kesombongan diri ) 7. Kita harus perbanyak syukur kepada Allah, syukur secara lisan, hati Dengan mengamalkan ke tujuh ini insya Allah masukkan kita ke Sorganya Allah, Amin Ya Rabbal alamin.

Minggu, 10 Juni 2012

Keistimewaan Ibadah Shalat

Alahamdulillahi Rabbil'alamin wassholatu wassalam ala asrofil ambiayai walmursalin waala alhi washahbihi ajamain amma bakdu : Kembali kita ucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, yang pada saat ini Alhamdulillah Allah masih memberikan nikmatnya kepada kita bersama, sholawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW. Dalam bulan Rajab ini ada satu hal yang mesti kita ambil hikmahnya yaitu dengan memperingati Isra'Mi'raj berarti kita memperingati tentang ibadah shalat, Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqoroh ayat 238 : yang artinya jagalah/peliaharah ibadah shalatmu dan shalat Wustha, dan berdirilah untuk Allah dalam keadaan khusuk. Kenapa Allah mengingatkan agar selalu menjaga/memelihara ibadah shalat karna shalat itu punya keistimewaan yaitu : 1. Shalat perintah wajibnya secara merata, tidak seperti ibadah puasa, haji, dan zakat ada yang wajib ada yang belum 2. Shalat adalaha cara berkomunikasi langsung dengan Allah SWT, di dalam hadits qudusi ketika kita membaca surat alfatiha Allah selalu menjawab setiap ucapan kita, alahamdulillahi rabbil'alamin, Allah jawab hamdani abi hambaku telah memujiku, sam kalimat terakhir surat alfatiha, maka Allah menjawab ini adalah pembicaraanKu dengan hambaKu maka apa yang dia mohonkan niscaya aku kabulkan 3. Shalat perintah wajibnya langsung dijemput ketika Isra'Mi'raj Nabi Muhammad SAW, tatkala rasul sampai di sitrotul muntaha para malaikat mengucapkan salam assalamu alaika ayyuhannabiyu warahmatullohi wabarakatuh, lau rasul menjawab assalamu alaina waala ibadillahissholihin 4. Sholat adalah amal yang pertama kali di hisab/diperhitungkan diakhirat kelak Lalu apa yang mesti kita jaga/pelihara 1. Jagalah waktunya 2. Jagalah waktu melaksanakannya 3. Jagalah tata cara pelaksanaan shalat, rasul bersabda : shollu kama raitumuni usholli artinya sholatlah kamu sebagaimana aku sholat Wassalamu'alaikum Wr, Wb

Rabu, 30 Mei 2012

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NAMA SEKOLAH : SDN 37 ALANG LAWAS MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS/TAHUN/SMT : I / 2012-2013/ I No. SK KD INDIKATOR KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NILAI KKM KOMPLEKSITAS DAYA DUKUNG INTAKE PROSES INDIKATOR KD SK MD T-1 S-2 R-3 T-3 S-2 R-1 T-1 S-2 R-3 1 1 1.1 1. Melafazkan surat al-Fatihah dengan lancar 2 2 2 6/7 x 100 66 1.2 2. Menunjukkan hafal surat al-Fatihah 2 2 2 66 3. Mendemonstrasikan hafalan surat Al-Fatihah 3 2 2 7/9 x 100 77 6,87 2 2 2.1 1. Menyebutkan benda ciptaan Allah 3 2 2 77 2. Membedakan ciptaan Allah dengan buatan 2 2 2 66 manusia 2.2 3. Menyebutkan arti iman 2 2 2 66 4. Menyebutkan 6 rukun Iman 2 2 2 66 2.3 5. Menghafal 6 rukun Iman 3 2 2 77 70,4 3 3 3.1 1. Menyebutkan contoh prilaku terpuji 3 2 2 7/9 x 100 77 2. Menunjukkan prilaku jujur 3 2 2 77 3.2 3. Menyebutkan arti tanggung jawab 2 2 2 66 4. Menunjukkan prilaku tanggung jawab 2 2 2 66 3.3 5. Membedakan antara kotor dan bersih 2 2 2 6/9 x 100 66 6. Menunjukkan sikap hidup bersih 3 2 2 77 3.4 7. Menyebutkan arti disiplin 3 2 2 77 8. Menunjukkan prilaku disiplin 2 2 2 66 71,5 4 4 4.1 1. Menyebutkan arti bersuci 3 2 2 7/9 x 100 77 70 2. Menyebutkan contoh bersuci 3 2 2 77 3. Menyebutkan guna bersuci 2 2 2 66 4.2 4. Menjelaskan tata cara bersuci 2 2 2 66 71,5 5 5 5.1 1. Menyebutkan 5 rukun Islam 2 2 2 66 2. Menghafal 5 rukun Islam 2 2 2 66 5.2 3. Mendemonstrasikan hafalan rukun Islam 2 2 2 66 66 KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NAMA SEKOLAH : SDN 37 ALANG LAWAS MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS/SMT : II / I No. SK KD INDIKATOR KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NILAI KKM KOMPLEKSITAS DAYA DUKUNG INTAKE PROSES INDIKATOR KD SK MD T-1 S-2 R-3 T-3 S-2 R-1 T-1 S-2 R-3 1 1 1.1 1. Melafazkan huruf-huruf hijaiyah 2 2 2 6/9 x 100 66 1.2 2. Menyebutkan 6 macam harkat 2 2 2 66 66 2 2 2.1 1. Menyebutkan 5 asmaul husna 3 2 2 7/9 x 100 77 2.2 2. Mengartikan 5 asmaul husna 3 2 2 77 77 3 3 3.1 1. Menyebutkan 3 prilaku hidup sederhana 2 2 2 6/9 x 100 66 3.2 2. Menyebutkan 3 ciri orang yang rendah hati 2 2 2 66 3. Mencontohkan 3 prilaku rendah hati 2 2 2 66 3.3 4. Menyebutkan 3 adab buang air 2 2 2 66 5. Menyebutkan 3 tempat tidak boleh buang air 2 2 2 66 66 4 4 4.1 1. Menyebutkan 6 rukun wuduk 3 2 2 7/9 x 100 77 2. Menyebutkan urutan wuduk 3 2 2 77 4.2 3. Menyebutkan niat wudhu’ 3 2 2 77 4. Melafazkan do’a siap wuduk 3 2 2 77 77 5 5 5.1 1. Melafazkan bacaan shalat 2 2 2 6/9 x 100 66 70 5.2 2. Menghafal bacaan shalat 2 2 2 66 66 KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NAMA SEKOLAH : SDN 37 ALANG LAWAS MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS/SMT : III / I No. SK KD INDIKATOR KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NILAI KKM KOMPLEKSITAS DAYA DUKUNG INTAKE PROSES INDIKATOR KD SK MD T-1 S-2 R-3 T-3 S-2 R-1 T-1 S-2 R-3 1 1 1.1 1. Membaca kalimat dalam Al-Qur’an 2 2 2 6/9 x 100 66 2. Menyebutkan tanda baca dalam al-Qur’an 2 2 2 66 1.2 3. Menulis kalimat al-Qur’an 2 2 2 66 4. Menyebutkan bentuk huruf yang ada pada 2 2 2 66 kalimat 66 2 2 2.1 1. Menyebutkan sifat wajib Allah 3 2 2 7/9 x 100 77 2.2 2. Menggantikan 5 sifat wajib Allah 3 2 2 77 77 3 3 3.1 1. Menjelaskan arti percaya diri 3 2 2 7/9 x 100 77 2. Menunjukkan 3 sikap percaya diri 3 2 2 77 3.2 3. Menyebutkan arti tekun 3 2 2 77 4. Menunjukkan 3 prilaku tekun 3 2 2 77 3.3 5. Menyebutkan arti hemat 3 2 2 77 6. Menunjukkan 3 sikap hemat 3 2 2 77 77 4 4 4.1 1. Melafazkan bacaan shalat 2 2 2 6/9 x 100 66 71 2. Menghafal bacaan shalat 2 2 2 66 3. Menampilkan keserasian antara bacaan 2 2 2 66 Dengan gerakan 66 KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NAMA SEKOLAH : SDN 37 ALANG LAWAS MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS/SMT : IV / I No. SK KD INDIKATOR KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NILAI KKM KOMPLEKSITAS DAYA DUKUNG INTAKE PROSES INDIKATOR KD SK MD T-1 S-2 R-3 T-3 S-2 R-1 T-1 S-2 R-3 1 1 1.1 1. Membaca surat al Fatihah 3 2 2 7/9 x 100 77 2. Mengartikan surat al Fatihah 3 2 2 77 1.2 3. Membaca surat al Ikhlas 3 2 2 77 4. Mengartikan surat al Ikhlas 3 2 2 77 5. Menghafal surat al Fatihah dan al Ikhlas 3 2 2 77 77 2 2 2.1 1. Menyebutkan arti sifat jaiz Allah 3 2 2 7/9 x 100 77 2.2 2. Mencontohkan sifat jaiz Allah 3 2 2 77 77 3 3 3.1 1. Menceritakan kisah Nabi Adam 3 2 2 7/9 x 100 77 3.2 2. Menceritakan kebiasaan masyarakat 3 2 2 77 jahiliyah 3.3 3. Menceritakan kelahiran Nabi Muhammad 3 2 2 77 4. Menceritakan masa kanak-kanak Nabi 3 2 2 77 Muhammad 77 4 4 4.1 1. Menyebutkan cara taubatnya Nabi Adam 3 2 2 7/9 x 100 77 dan mencontohnya 2. Meneladani masa kanak-kanak Nabi 3 2 2 77 Muhammad 77 5 5 5.1 1. Menyebutkan 13 rukun shalat 2 2 2 6/9 x 100 66 75 5.2 2. Menyebutkan sunat-sunat shalat 2 2 2 66 5.3 3. Menyebutkan 5 syarat sah shalat 2 2 2 66 5.4 4. Menyebutkan 5 hal yang membatalkan 2 2 2 66 shalat 5.5 5. Menyebutkan 4 syarat wajib shalat 2 2 2 66 60 KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NAMA SEKOLAH : SDN 37 ALANG LAWAS MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS/SMT : V / I No. SK KD INDIKATOR KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NILAI KKM KOMPLEKSITAS DAYA DUKUNG INTAKE PROSES INDIKATOR KD SK MD T-1 S-2 R-3 T-3 S-2 R-1 T-1 S-2 R-3 1 1 1.1 1. Melafazkan surat al Lahab dan al Kafirun 2 2 2 6/9 x 100 66 2. Menghafalkan surat al Lahab dan al Kafirun 2 2 2 66 1.2 3. Mengartikan surat al Lahab dan al Kafirun 2 2 2 66 4. Menyimpulkan isi surat al Lahab dan 2 2 2 66 al Kafirun 66 2 2 2.1 1. Menyebutkan pengertian kitab Allah 3 2 2 7/9 x 100 77 2.2 2. Menyebutkan nama-nama kitab Allah 3 2 2 77 3. Menyebutkan nama-nama Rasul yang 3 2 2 77 Menerimanya 2.3 4. Menyebutkan kandungan Al-Qur’an 3 2 2 77 5. Menyebutkan nama lain Al-Qur’an 3 2 2 77 77 3 3 3.1 1. Menceritakan kisah Nabi Ayyub as 3 2 2 7/9 x 100 77 3.2 2. Menceritakan kisah Nabi Musa as 3 2 2 77 3.3 3. Menceritakan kisah Nabi Isa as 3 2 2 77 77 4 4 4.1 1. Meneladani sifat Jujur nabi Ayyub 3 2 2 7/9 x 100 77 75 2. Meneladani sifat sabar Nabi Ayyub 3 2 2 77 4.2 3. Meneladani sifat jujur Nabi Musa 3 2 2 77 4. Meneladani sifat sabar Nabi Musa 3 2 2 77 5. Meneladani sifat benar Nabi Musa 3 2 2 77 4.3 6. Meneladani sifat arif Nabi Isa 3 2 2 77 7. Meneladani sifat tegas Nabi Isa 3 2 2 77 8. Meneladani sifat ikhlas Nabi Isa 3 2 2 77 77 5 5 5.1 1. Menjelaskan pengertian azan dan iqamah 3 2 2 7/9 x 100 77 2. Melafazkan azan dan iqamah 3 2 2 77 5.2 3. Menyebutkan nama orang yang menguman- 3 2 2 77 Dangkan azan 4. Mengumandangkan azan dan iqamah 3 2 2 77 77 KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NAMA SEKOLAH : SDN 37 ALANG LAWAS MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS/SMT : VI / I No. SK KD INDIKATOR KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL NILAI KKM KOMPLEKSITAS DAYA DUKUNG INTAKE PROSES INDIKATOR KD SK MD T-1 S-2 R-3 T-3 S-2 R-1 T-1 S-2 R-3 1 1 1.1 1. Melafazkan surat al Qadr dan al Alaq ayat 1-5 3 2 2 7/9 x 100 77 1.2 2. Menghafal surat al Qadr dan al Alaq 1-5 3 2 2 77 3. Mengartikan surat al Qadr dan al Alaq 1-5 3 2 2 77 4. Mengambil kesimpulan surat al Qadr dan 3 2 2 77 Al Alaq 1-5 77 2 2 2.1 1. Menjelaskan pengertian hari akhir 3 2 2 7/9 x 100 77 2. Menjelaskan arti sugra dan kubra 3 2 2 77 3. Menyebutkan nama-nama hari akhir 3 2 2 77 4. Menyebutkan tanda-tanda kiamat kubra 3 2 2 77 5. Menyebutkan nama Syurga dan neraka 3 2 2 77 77 3 3 3.1 1. Menceritakan perilaku abu lahab dan abu 3 2 2 7/9 x 100 77 Jahal terhadap rasul 3.2 2. Menceritakan perilaku Musailamah al Kazab 3 2 2 77 3. Menyebutkan usaha abu lahab menghalangi 3 2 2 77 Da’wah Rasul 4. Menyebutkan perilaku Musailamah 3 2 2 77 75 menghancurkan Islam 77 4 4 4.1 1. Menjelaskan pengertian dengki 3 2 2 7/9 x 100 77 4.2 2. Menyebutkan contoh dengki abu lahab, abu Jahal 3 2 2 77 3. Menyebutkan akibat dengki 3 2 2 77 4. Menyebutkan 3 cara atasi dengki 3 2 2 77 5. Menjelaskan maksud bohong 3 2 2 77 6. Menjelaskan 3 bahaya bohong 3 2 2 77 77 5 5 5.1 1. Melakukan shalat tarwih secara teratur di 2 2 2 6/9 x 100 66 Mesjid 2. Melafadzkan do’a siap tarwih 2 2 2 66 3. Melakukan tadarus secara teratur 2 2 2 66 66 Mengetahui, Padang, Kepala SDN Nomor 37 Alang Lawas Guru Pendidikan Agama Islam EVI TRISNA, S. Pd ABDUL KADIR NASUTION,SAg NIP.195810151982022003 NIP.196904202008011002

Jumat, 25 Mei 2012

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kinerja Guru bantu dan guru PNS bidang studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Kecamatan Padang Selatan

No Variabel Indikator Nomor Butir Jml Butir 1 Persepsi Guru bantu (honorer) dan guru Pegawai Negeri Sipil bidang studi Pendidikan Agama Islam terhadap Profesi. 1. Kesungguhan dalam pekerjaan 2. Semangat dalam pekerjaan 3. Menyukai pekerjaan 4. Disiplin dalam pekerjaan 5. Kegiatan untuk berprestasi 2 Masa Kerja Guru bantu (honorer) dan guru Pegawai Negeri Sipil bidang studi Pendidikan Agama Islam 1. Identitas 2. Profesionalisme Instrumen Penelitian Kinerja Guru Bantu (Honorer) dan Guru Pegawai Negeri Sipil bidang Studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Kecamatan Padang Selatan Petunjuk Pengisian : a. Berikanlah pendapat anda atas pernyataan di bawah ini, sesuai dengan profesi anda sebagai guru (pendidik) dengan memilih salah satu jawaban b. Pernyataan di bawah ini adalah pernyataan yang berkaitan dengan Persepsi guru agama terhadap profesinya dan masa kerja serta kontribusinya terhadap kinerja guru agama c. Tulislah jawaban Anda dengan memberikan tanda (x) pada alternative d. jawaban yang menurut Anda paling sesuai. Ada empat jawaban yang terdiri atas: a : Selalu b : Sering c : Jarang d : Tidak pernah Atas bantuan dan kerja sama Anda diucapkan terima kasih. Variabel Persepsi Guru Terhadap Profesi a. Kesungguhan dalam pekerjaan 1. Sebagai seorang guru agama, apakah Bapak/Ibu melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 2. Apakah Bapak/Ibu merasa berat jika meninggalkan tanggung jawab yang sudah diberikan ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 3. Apakah Bapak/Ibu berusaha untuk mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas atau perintah yang diberikan oleh kepala sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 4. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan tugas tanpa mengharapkan imbalan ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 5. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan tugas karna keasadaran sendiri ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 6. Apakah kegiatan pembelajaran yang Bapak/Ibu lakukan di persiapkan dengan baik ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 7. Apakah Bapak/Ibu tidak peduli atas segala kejadian yang terjadi di tempat Bapak/Ibu bekerja ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 8. Apakah Bapak/Ibu tetap melaksanakan tugas dengan baik tanpa mengharapkan perhatian dari kepala sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah b. Semangat dalam pekerjaan 9. Apakah semangat kerja Bapak/Ibu tidak luntur dalam menghadapi sifat teman seprofesi ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 10. Perlakuan secara wajar (tanpa adanya) oleh pimpinan, apakah membuat Bapak/Ibu semakin bersemangat dan giat dalam menyelesaikan pekerjaan ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 11. Tanpa dorongan dari kepala sekolah, apakah Bapak/Ibu tetap menyelesaikan tugas sesuai dengan rencana yang telah ditentukan ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 12. Adanya perhatian pimpinan atas keluhan masalah pribadi Bapak/Ibu, apakah memberikan semagat dan motivasi yang tinggi bagi Bapak/Ibu dalam melakukan pekerjaan ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 13. Tanpa adanya pengawasan dari pimpinan, apakah Bapak/Ibu tetap melaksanakan tugas secara efektif ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 14. Pemberian kesempatan oleh pimpinan untuk mengembangkan bakat dan prakarsa yang ada dalam diri Bapak/Ibu, apakah membuat Bapak/Ibu semakin bergairah dalam menyelesaikan pekerjaan ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 15. Imbalan yang belum memadai apakah tidak mengurangi kegiatan Bapak/Ibu dalam proses pembelajaran di sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 16. Pemberian kebebasan adalam segala hal oleh kepala sekolah apakah membuat Bapak/Ibu semakin kreatif dan inovatif dalam bekerja ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 17. Apakah setiap hari Bapak/Ibu berupaya untuk meningkatkatkan kreatifitas dan gairah kerja, agar pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan aman ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 18. Kadang-kadang apakah Bapak/Ibu merasa malas dalam menjalankan tugas mengajar ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 19. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan tugas sampai target pekerjaan benar-benar tercapai ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 20. Apakah Bapak/Ibu senang menerima tugas tambahan dari kepala sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 21. Apakah Bapak/Ibu merasa menikmati jika diberi beban tugas yang lebih besar dari sebelumnya ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 22. Dalam kondisi apapu apakah Bapak/Ibu merasa senang melaksanakan tugas ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 23. Apakah Bapak/Ibu tidak merasa jengkel menghadapi kesulitan dalam melaksanakan tugas ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 24. Aapakah Bapak/Ibu merasa ada kepuasan tersendidri selama bekerja sebagai guru agama ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 25. Apakah Bapak/Ibu merasa puas bekerja sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 26. Sekalipun ada tawaran pekerjaan dengan imbalan yang lebih menarik, apakah Bapak/Ibu tetap memilih bekerja sebagai guru ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 27. Apakah Bapak/Ibu merasa senang dengan sikap teman sekerja di sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 28. Kebutuhan rasa aman yang diberikan oleh pimpinan dalam bekerja, apakah mendorong Bapak/Ibu untuk bekerja lebih giat dan baik ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah c. Disiplin Dalam Pekerjaan 29. Apakah Bapak/Ibu hadir di sekolah setiap hari kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 30. Apakah Bapak/Ibu meninggalkan sekolah lebih awal dari yang ditentukan ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 31. Apakah Bapak/Ibu bersedia untuk teratur dalam bekerja agar segala sesuatunya berjalan tertib dan lancar ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 32. Jam mengajar yang tidak terpenuhi karena berhalangan apakah Bapak/Ibu ganti pada kesempatan lain ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 33. Dengan disiplin yang tinggi, apakah Bapak/Ibu melaksanakan tugas yang telah diberikan dengan baik ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 34. Apakah Bapak/Ibu minta izin kepada kepala sekolah bila keluar dari lingkungan sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 35. Karena banyak kesibukan diluar, apakah Bapak/Ibu lalai dalam menjalankan tugas sebagai guru agama ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 36. Apakah Bapak/Ibu tidak memperdulikan aturan di sekolah yang menghalangi kebebasan Bapak/Ibu ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah d. Keinginan Untuk Berprestasi 37. Apakah Bapak/Ibu beruasaha keras untuk berprestasi dalam setiap pelaksanaan tugas ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 38. Pemberian kesempatan untuk maju oleh kepala sekolah, apakah membuat Bapak/Ibu semakin kreatif dan inofatif dalam menjalankan tugas ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 39. Dalam melaksanakan tugas mengajar, apakah Bapak/Ibu selalu berorientasi kepada keberhasilan ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 40. Penghargaan terhadap prestasi kerja yang diberikan oleh kepala sekolah, apakah membuat Bapak/Ibu merasa puas dalam menjalankan tugas ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 41. Dalam menyelesaikan suatu tugas, apakah Bapak/Ibu berprinsip harus memperoleh hasil yang terbaik ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 42. Apakah Bapak/Ibu berusaha meningkatkan prestasi kerja sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 43. Selama menjadi guru agama, apakah Bapak/Ibu merasa berpeluang untuk maju lebih besar ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 44. Apakah Bapak/Ibu memilih pekerjaan sebagai seorang guru agama karena ingin berprestasi dalam bidang pendidikan ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 45. Apakah Bapak/Ibu senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan untuk mendukung profesi sebagai seorang guru agama ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 46. Apakah Bapak/Ibu merasa mampu menyelesaikan masalah atau hambatan dalam pelaksanaan tugas mengajar ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 47. Apakah Bapak/Ibu tidak cepat merasa puas terhadap kemampuan mengajar dan mendidik yang telah dimiliki ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 48. Selama ini apakah Bapak/Ibu merasa suadah mampu untuk menjalankan tugas dan menguasai pekerjaan yang dibebankan kepada Bapak/Ibu ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 49. Apakah Bapak/Ibu memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan agama, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia peserta didik ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 50. Apakah Bapak/Ibu merasa memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas sebagai seorang guru agama ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 51. Apabila Bapak/Ibu memiliki gagasan yang fositif di bidang pendidikan maka gagasan yang mana yang harus diterima ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 52. Apakah Bapak/Ibu menginginkan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan sebagai seorang guru secara berkelanjutan ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 53. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan tugas dengan cara yang Bapak/Ibu sukai tanpa memperdulikan pendapat orang lain ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 54. Apakah Bapak/Ibu berusaha meningkatkan pengetahuan agar dapat mengikuti kemajuan informasi dan tekhnologi ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 55. Walaupun kebutuhan dasar belum terpenuhi apakah Bapak/Ibu tetap menjalankan profesi dengan sebaik-baiknya ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 56. Apakah Bapak/Ibu berusaha mengikuti setiap pelatihan dan pendidikan dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 57. Apakah Bapak/Ibu berpendapat bahwa guru yang tidak professional tidak akan survive karena tidak mampu berkompetensi dengan orang lain yang lebih professional atau jenis profesi lainnya yang lebih kompetitif ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 58. Apakah Bapak/Ibu berpendapat bahwa pengembangan profesionaliosme guru baik dalam kondisi formal perencanaan pengembangan profesional maupun tidak, perlu dilakukan secara berkelanjutan ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah Variabel Masa Kerja Guru a. Aspek Identitas 59. Darimanakah latar belakang pendidikan terakhir Bapak/Ibu ? a. MA/PGA b. D. II Guru Agama c. S.1 Pendidikan d. S.2 Pendidikan 60. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu menjadi guru ? a. 4 tahun keatas b. 3 tahun c. 2 tahun d. 1 tahun keatas 61. Apakah Bapak/Ibu punya pekerjaan selain sebagai guru PAI ? a. Tidak ada b. Ada, berdagang c. Ada , menjahit d. Ada, selain berdagang dan menjahit 62. Apakah Bapak/Ibu berusaha meningkatkan kemampuan menagajar meskipun sudah cukup lama bertugas sebagai seorang guru agama ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah b. Aspek Profesionalisme 63. Apakah Bapak/Ibu mengikuti kelompok kerja guru (KKG) dalam peningkatan kompetensi guru PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 64. Apakah materi yang dibahas dalam KKG relevan dengan materi yang Bapak/Ibu ajarkan di sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 65. Apakah ilmu yang diperoleh dari KKG dapat memperluas pengetahuan dan ketrampilan Bapak/Ibu dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 66. Apakah Bapak/Ibu mengalami kendala dalam mengikuti KKG ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 67. Jika Bapak/Ibu mengalami kendala dalam mengikuti kegiatan KKG apa yang menjadi penyebab utamanya ? a. Peluang b. Biaya c. Kesibulkan d. Kesehatan 68. Apakah Bapak/Ibu mengadakan diskusi-diskusi dengan kepala sekolah atau teman seprofesi untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Bapak/Ibu dalam pelaksanaan pembelajaran PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 69. Apakah materi yang didiskusikan ada kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 70. Apakah ilmu yang diperoleh dalam kegiatan diskusi dapat memperluas pengetahuan dan wawasan Bapak/Ibu dalam pembelajaran PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 71. Apakah Bapak/Ibu mengalami kendala dalam mengadakan diskusi ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 72. Jika Bapak/Ibu mengalami kendala dalam mengikuti kegiatan diskusi apa yang menjadi penyebab utamanya ? a. Peluang b. Biaya c. Kesibulkan d. Kesehatan 73. Apakah Bapak/Ibu mengadakan kegitan seminar yang erat kaitannya dengan peningkatan kompetensi guru PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 74. Apakah ilmu yang diperoleh dalam kegitan seminar itu dapat memperluas wawasan dan ketremmpilan Bapak/Ibu dalam pembelajaran PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 75. Apakah materi yang diseminarkan relevan dengan pelaksanaan pembelajaran PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 76. Apakah Bapak/Ibu mengalami kendala dalam mengikuti kegiatan seminar dalam peningkatan kompetensi guru PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 77. Jika Bapak/Ibu mengalami kendala dalam mengikuti kegiatan seminar apa yang menjadi penyebab utamanya ? a. Peluang b. Biaya c. Kesibulkan d. Kesehatan 78. Apakah Bapak/ibu mengikuti kegiatan lokakarya dalam peningkatan kompetensi guru PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 79. Apakah ilmu yang diperoleh dalam kegitan lokakarya itu dapat memperluas wawasan dan ketremmpilan Bapak/Ibu dalam pembelajaran PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 80. Apakah materi dalam lokakarya itu relevan dengan pelaksanaan pembelajaran PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 81. Apakah Bapak/Ibu mengalami kendala dalam mengikuti kegiatan lokakarya dalam peningkatan kompetensi guru PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 82. Jika Bapak/Ibu mengalami kendala dalam mengikuti kegiatan lokakarya apa yang menjadi penyebab utamanya ? a. Peluang b. Biaya c. Kesibulkan d. Kesehatan 83. Apakah Bapak/ibu melanjutkan pendidikan dalam peningkatan kompetensi guru PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 84. Apakah lembaga pendidikan yang Bapak/Ibu masuki sesuai dengan profesi guru PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 85. Apakah ilmu yang diperoleh dalam lembaga pendidikan itu dapat memperluas wawasan dan keterempalina Bapak/Ibu dalam pelaksanaan pembelajaran PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 86. Apakah Bapak/Ibu mengalami kendala dalam melanjutkan pendidikan dalam rangka peningkatan kompetensi guru PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 87. Jika Bapak/Ibu mengalami kendala dalam melanjutkan pendidikan apa yang menjadi penyebab utamanya ? a. Peluang b. Biaya c. Kesibulkan d. Kesehatan 88. Apakah Bapak/ibu mengikuti kegiatan penataran dalam peningkatan kompetensi guru PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 89. Apakah ilmu yang diperoleh dalam kegitan penataran itu dapat memperluas wawasan dan ketremmpilan Bapak/Ibu dalam pembelajaran PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 90. Apakah materi dalam penataran itu relevan dengan pelaksanaan pembelajaran PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 91. Apakah Bapak/Ibu mengalami kendala dalam mengikuti kegiatan penataran dalam peningkatan kompetensi guru PAI ? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 92. Jika Bapak/Ibu mengalami kendala dalam mengikuti kegiatan penataran apa yang menjadi penyebab utamanya ? a. Peluang b. Biaya c. Kesibulkan d. Kesehatan PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SD SE KECAMATAN PADANG SELATAN 1. Apakah sangat perlu, perlu, kurang perlu, atau tidak perlu guru bantu (honorer) dan guru PNS bidang studi PAI yang bapak ibu pimpin punya persepsi tentang profesinya ? 2. Apakah guru bantu (honorer) dan guru PNS bidang studi PAI yang bapak/ibu pimpin sudah seluruhnya, sebagian besar, sebagian kecil, atau tidak ada yang mempunyai sifat dan sikap sebagai pendidik Islami, berupa adil, percaya dan suka kepada muridnya, rela berkorban, berwibawa, penggembira, dan bersikap baik terhadap guru lain ?

10 Karakteristik Muslim Sejati

Hasan Al Banna merumuskan 10 karakteristik muslim yang dibentuk didalam madrasah tarbawi. Karakteristik ini seharusnya yang menjadi ciri khas dalam diri seseorang yang mengaku sebagai muslim, yang dapat menjadi furqon (pembeda) yang merupakan sifat-sifat khususnya (muwashofat). Karakter ini menurut Beliau Hasan Al Banna, merupakan pilar pertama terbentuknya masyarakat islam maupun tertegaknya sistem islam dimuka bumi serta menjadi soko guru peradaban dunia (Ustadziyatul 'alam). Kesepuluh karakter itu adalah : 1. Salimul Aqidah, Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik. 2. Shahihul Ibadah, Benar Ibadahnya menurut AlQur'an dan Assunnah serta terjauh dari segala Bid'ah yang dapat menyesatkannya. 3. Matinul Khuluq, Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin). 4. Qowiyul Jismi, Kuat Fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Alloh SWT. 5. Mutsaqoful Fikri, Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya. 6. Qodirun 'alal Kasbi, Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. 7. Mujahidun linafsihi, Bersungguh sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seseorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian sehingga berdampak baik pada dirinya ataupun orang lain. 8. Haritsun 'ala waqtihi, Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetikpun. karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT. 9. Munazhom Fii Su'unihi, Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik. 10. Naafi'un Li Ghairihi, Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan Ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain. Mudah-mudahan dengan kesepuluh karakter yang dikemukakan diatas menjadikan kita termotivasi untuk dapat merealisasikannya dalam diri kita.Amin.

Selasa, 22 Mei 2012

Bersuci dan Berwudu

BERSUCI DAN WUDHU’ PENGERTIAN THAHARAH (BERSUCI ) Thaharah atau bersuci ialah menghilangkan hadas dan najis dari badan, pakaian dan tempat supaya dapat menunaikan ibadat khususnya ibadat solat. Bersuci itu adalah sesuatu yang wajib di dalam ajaran islam.Tanpa bersuci ibadat tidak diterima.Di antara cara bersuci ialah wuduk , mandi dan membersihkan najis dari badan dan pakaian. JENIS-JENIS BERSUCI 1- Menyucikan badan dari hadas kecil Iaitu menyucikan badan daripada hadas kecil dengan berwuduk atau bertayammum. Orang yang berhadas kecil diharamkam mengerjakan solat atau menyentuh al-Quran. 2. Menyucikan badan dari hadas besar Orang yang berjunub atau berhadas besar hendaklah membersihkan dirinya dengan mandi.Mereka yang berhadas besar ialah mereka yang melakukan persetubuhan ,orang yang haid dan nifas. Orang yang berhadas besar juga diharamkan mengerjakan solat,puasa,haji,duduk di dalam masjid,menyentuh dan membaca al-Quran. 3. Istinja’ Menghilangkan kotoran samada najis kecil (kencing) atau najis besar(tahi) dari tempat keluarnya dengan sesuatu yang bersih seperti air,kertas,batu,tisu dan sebagainya sehingga najis itu bersih. Istinja’ itu mestilah menghilangkan najis,baunya dan rasanya. Cara-cara beristinja’ 1. Istinja’ itu mestilah 3 kali ulang,kalau masih belum suci boleh di ulangi lagi sehingga bersih. 2. Alat dibuat istinja’ itu mestilah dapat membersihkan tempat najis yang keluar. 3. Sekiranya batu mestilah diambil sekurang-kurangnya 3 biji . JENIS-JENIS AIR 1. Ai Mutlak ( Air yang suci lagi menyucikan ) Air ini boleh digunakan untuk minum,mandi dan berwuduk dan boleh juga digunakan untuk membasuh.contoh air mutlak ialah air telaga,air sungai,air hujan,air mata air,air laut dan sebagainya, 2. Air Musta’mal (Air yang telah digunakan ) Air yang suci tetapi tidak boleh menyucikan Iaitu air yang telah berubah salah satu sifatnya,contoh seperti air kopi,air teh dan sebagainya.Termasuk juga dalam golongan ini air yang kurang dari dua kolah iaitu air yang sudah digunakan untuk berwuduk atau menghilangkan najis. 3. Air Mutannajis ( Air yang kotor) Air yang najis iaitu air yang sudah berubah semua sifatnya samada warna,rasa atau baunya dan bercampur dengan najis. 4. Air Musyammas (air yang berjemur pada matahari) Ialah air yang makruh untuk digunakan iaitulah air yang terjemur pada terik matahari dalam bekas selain bekas daripada emas atau perak.Air ini makruh digunakan untuk badan tetapi boleh digunakan untuk membasuh pakaian. JENIS – JENIS NAJIS 1. Najis Mughallazah (najis berat) Ialah najis yang berat iaitu najis anjing dan babi.Cara mencuci barang –barang yang terkena najis ini ialah dengan menyamak iaitulah membasuh dengan air sebanyak 7 kali.Basuhan pertama hendaklah dengan air bercampur dengan tanah. 2. Najis mukhaffafah (najis ringan) Iaitu najis yang ringan seperti kencing bayi yang berusia 2 tahun kebawahyang hanya minum susu ibunya saja.Cara menyucinya ialah dengan merenjis air di tempat terkena kencing itu. 3. Najis Mutawassitah (najis pertengahan) Iaitu najis pertengahan .Termasuk dalam kumpulan ini ialah air kencing ,tahi, darah,nanah,muntah,air mazi (iaitu air putih jernih yang keluar dari kemaluan ketika nafsu berahi meningkat),wadi (iaitu air putih jernih yang keluar dari kemaluan sesudah buang air kecil ketika kerja berat),arak dan susu binatang yang tidak boleh dimakan.Cara menyucinya ialah basuh dengan air bersih hingga hilang baunya,rasanya,dan warnanya.Jika sudah dibasuh berulang-ulang kali tetapi baud an warnanya tidak juga hilang adalah dimaafkan. WUDUK Pengertian wuduk Wuduk menurut bahasa ertinya bersih dan indah.Menurut syarak ertinya membersihkan aggota wuduk untuk menghilangkan hadas kecil.Bagi orang yang hendak menunaikan solat wajiblah baginya berwuduk dahulu kerana berwuduk adalah syarat sahnya solat. Fardu Wuduk Fardu Wuduk ada enam perkara Pertama : Niat. Iaitulah berniat dalam hati ketika membasuh sebahagian muka.membaca lafaz adalah sunat.ucapan niat: نويت رفع الحدث الاصغر لله تعالى “ Sahaja aku berwuduk bagi mengangkat hadas yang kecil kerana Allah Taala” Kedua : Membasuh muka Iaitu membasuh dari sekeliling tempat tumbuhnya rambut kepala hinggga ke bawah dagu dan dari telinga kanan hingga ke telinga kiri. Ketiga : Membasuh kedua tangan hingga kesiku dimulai dengan tangan kanan kemudian tangan kiri. Keempat : Membasuh atau menyapu sebahagian dari kepala. Sekurang-kurangnya membasahkan 3 helai rambut dikepala. Kelima : Membasuh kedua kaki hingga ke buku lali dimulai dari kaki kaki kemudian kaki kiri. Keenam : Tertib iaitu melakukan wuduk mengikut turutan dan berturut-turut. SYARAT-SYARAT WUDUK 1. Beragama ilslam 2. Mumaiyiz iaitu seseorang yang telah dapat membezakan antara yang bersih dengan yang kotor. 3. Suci dari haid dan nifas 4. Dengan air yang suci lagi menyucikan 5. Tidak ada sesuatu yang dapat menghalang air sampai kekulit (anggota wuduk) seperti getah,minyak dan sebagainya. 6. Mengetahui yang mana wajib dan yang mana sunat SUNAT-SUNAT WUDUK 1. Membaca Bismillah 2. Membasuh kedua tangan sehingga ke pergelangan tangan 3. Berkumur-kumur 4. Memasukkan air kehidung 5. Menyapu seluruh kepala 6. Menyapu air kedua-dua telinga luar dan dalam 7. membasuh tiap-tiap anggota wuduk tiga kali 8. Tidak bercakap-cakap ketika berwuduk 9. Bersugi 10. Membaca doa selepas berwuduk PERKARA-PERKARA YANG MEMBATALKAN WUDUK 1. Keluar sesuatu dari dua jalan iaitu qubul dan dubur seperti kentut,kencing dsbnya. 2. Hilang ingatan dengan sebab gila atau pitam atau tidur yang tidak tetap kedudukannya 3. Bersentuh kulit antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrimnya. 4. menyentuh kemaluan dengan tapak tangan ataau perut anak jari.samada kemaluan sendiri atau orang lain. TAYAMMUM Tayammum ialah menyapu tanah dan kedua tangan hingga ke siku dengan beberapa syarat tertentu .Tayammun adalah sebagai ganti wuduk atau mandi wajib khususnya bagi mereka yang tidak boleh menggunakan air kerana sebab-sebab tertentu iaitu: 1. Uzur kerana sakit yang tidak boleh terkena air 2. Tiada air atau ada air yang cukup untuk minum sahaja. Syarat-syarat tayammum 1. Masuk waktu solat sedangkan air tidak ada, 2. Tidak ada air walaupun sudah berusaha mencarinya. 3. Tanah suci dan berdebu 4. Menghilangkan najis dari badannya dengan beristinja’ sebelum bertayammum. Rukun Tayammum 1. Berniat untuk bertayammum نويت التيمم لاستباحة فرض الصلاة “ Sahaja aku tayammum kerana mengharuskan fardu solat” 2. Menekankan kedua tapak tangan ke atas bedu yang suci. 3. Menyapu muka dengan tebu tadi. 4. Menekan kedua tapak tangan ke atas debu sekali lagi kemudian menyapu dua tapak tangan sampai kesiku. 5. Tertib Sunat Tayammum 1. Membaca Basmalah 2. Mengadap kiblat 3. Mendahului menyapu anggota kanan 4. Mengejakan dengan berturut-berturut Perkara yang membatalkan Tayammum 1. Semua perkara yang membatalkan wuduk 2. Mendapatkan air sebelum memulakan solat(bagi orang yang tidak uzur) 3. Apabila orang yang uzur boleh menggunakan air. MANDI WAJIB ATAU MANDI JUNUB Mandi wajib ialah mandi yang wajib dilakukan bagi mengangkat hadas yang besar setelah berlaku salah satu daripada sebab-sebab yang menyebabkan wajibnya mandi wajib seperti bersetubuh. Sebab-sebab wajib mandi 1. Melakukan persetubuhan iaitu memasukkan kepala hasafah ke dalam faraj meskipun tidak keluar air mani. 2. Keluar air mani walaupun tidak bersetubuh 3. Mati kecuali mati syahid 4. Suci daripada Haid.apabila seseorang perempuan telah suci daripada haidnya maka wajiblah dia mandi dengan segera. 5. Suci dari darah nifas iaitu darah yang keluar sesudah melahirkan anak. 6. Wiladah iaitu melahirkan anak Rukun Mandi Wajib 1. Niat iaitu dengan lafaz niatnya: نويت رفع الحدث الاكبر لله تعالى “Sahaja aku mengangkat hadas besar kerana Allah Taala” 2. Menghilangkan semua najis daripada anggota badan. 3. Meratakan air ke seluruh badan Sunat-sunat mandi wajib 1. Membaca bismillah. 2. Mencuci faraj dan dubur dengan air bersih 3. Kalau ada najis ditubuh badan hendaklah dibersihkan terlebih dahulu. 4. Sunat berwuduk 5. Menjirus air kebadan dimulakan dari sebelah kanan. Perkara yang dilarang bagi orang yang berhadas besar. 1. Mengerjakan solat,termasuk juga sujud syukur,sujud tilawah,membaca khutbah jumaat. 2. Melakukan tawaf di Baitullah. 3. Menyentuh dan membaca al-Quran 4. Berhenti di dalam masjid atau berulang-alik di dalamnya. 5. Berpuasa dan sebagainya.

4Kiat Mencapai Sholat Khusyu’

السلام عليكم . بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم الحمد لله رب العا لمين. الصلاة و السلام على رسو ل الله.اما بعد Bicara tentang shalat, banyak cara untuk mencapai shalat khusyu', tapi saran saya, tidak perlu banyak kiat untuk mencapai shalat yg lebih khusyu'. Tidak perlu berlembar-lembar atau menghabiskan uang untuk membeli buku shalat khusyu'. Mari kita bertanya kepada Al-Qur'an, bagaimana kiat me lakukan shalat yang lebih khusyu'. 4 Kiat untuk mencapai shalat yang lebih khusyu': 1. Jangan pernah berfikir bila kita masih bisa hidup setelah shalat. Kita yakin jika shalat ini ialah sebagai shalat terakhir kita dimuka bumi ini, ramai kita dengar si fulan meninggal seusai shalat, si fulan meninggal setelah adzan, imam fulan meninggal saat sujud dan lainnya. Si fulan meninggal saat ber judi, maksiat dan lainnya. Mungkin ini ialah shalat terakhir di dunia, lepas dari itu, kita relakan suami/isteri kita seorang diri, anak kita menjadi yatim piatu, mungkin nanti malam ialah malam pertama dalam liang kubur, semua harta yang kita kumpulkan tidak akan kita bawa, & menjadi hak saudara kita, wajah yang ganteng, cantik yg kita banggakan dalam waktu seketika akan berubah busuk. 2. WAJIB tahu arti setiap bacaan shalat Qs.4 An-Nisaa':43. Hai orang-orang yang beriman, JANGANLAH kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, SEHINGGA KAMU MENGERTI APA YANG KAMU UCAPKAN... MABUK dalam ayat ini boleh diartikan sebagai mabuk khamr, tapi juga mabuk dunia, mabuk harta, mabuk tahta, mabuk cinta pun termasuk pula dalam hal yang mengganggu shalat sehingga kita lupa/silap/tak sadar bacaan shalat apa yang telah kita baca, bahkan selalu kita lupa rakaat ke berapa. Lebih baik membaca surah pendek yang kita tahu arti bacaan setiap kata-kata daripada membaca surah panjang yg kita tidak tahu apa artinya. Ingat, dalam Ayat diatas JANGANLAH KAMU SHALAT SEDANG KAMU TIDAK MENGERTI APA YANG KAMU UCAPKAN. Faham arti bacaan shalat itu SANGAT PENTING HINGGA KITA DILARANG SHALAT SEHINGGA KITA FAHAM APA YG KITA UCAPKAN Jadi,,, maaf,,, untuk bapak, ibu, saudara, kakak, adik yg masih belum faham arti bacaan iftitah, alfatihah, surah/ayat, ruku, i'tidal, sujud, duduk antara 2 sujud, tahiyat awal & akhir, maka WAJIB kita tahu & hafal maknanya. Lebih bagus lagi jika kata demi kata. 3.Ucapkan dengan SUARA SEDANG/DI ANTARA KERAS & PELAN Qs. 17 Al-Israa':110 dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". Bila kita pelankan suara atau cuma di dalam hati sahaja, maka terkadang fikiran kita akan melayang tidak tentu arah. 4. Tuma'ninah Perlahan, tidak terlalu cepat, dinikmati, dihayati, yakinkah kita jika 10 detik lagi masih hidup? Tuma'ninah ini termasuk 1 dari 13 rukun shalat. Selain 4 tips itu, disarankan pula agar: * Berdoa sebelum shalat, memohon perlindungan kepada ALLAH dari godaan syaithon. * Membunuh Egois & Sombong dalam diri. Qs.6Al-An'aam:42 supaya mereka memohon dengan tunduk merendahkan diri. Hilangkan rasa sombong pada diri, jangan berfikir selain shalat, hilangkan apa yang telah dan akan kita lakukan. Bunuhlah semua yang berhubungan dengan aktiviti di dunia, fokus hanya pada ALLAH Menyedari dosa yang telah lalu Lagi pula lebih bagus jika Dzuhur, Ashar & Isya' berdzikir pendek. Lalu Shalat Subuh & Maghrib berdzikir panjang. Apa salah 1 tanda shalat diterima? Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji & mungkar. Qs. 29 Al-'Ankabuut: 45

Minggu, 20 Mei 2012

DAFTAR KEPUSTAKAAN Abdul Mujib, et.al, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Pranada Media, 2006) Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998) Ahamd Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) Akhyak, Profil Pendidik Sukses, (Surabaya: Elkaf, 2005) Ali, Kamus Besar Bahasa Imdonesia. (Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1990) Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta : Bumi Aksara) 2002 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV, Toha Putra) E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004) H.A.R. Tilaar, Standar Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Husein Syahafah, Kiat Islami Meraih Prestasi, (Jakarta: Gema Insani, 2004) Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam,(Jakarta : Kencana, 2004) Heidjrahman, Manajemen Personalia, (Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada, 1990) H. Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan implementasi kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang : UMM Press, 2005) Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta : Ghalia Indonesia) 2002 Kast Fremont dan Rozenweig, Organisasi Manajemen (Hasri Pent), (Jakarta: Pustaka Ilmu, 1982) Kast dan Ali, Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1982) Kustimi, Kinerja Kepala Sekolah Dan Pengawas Dalam Membina Kemampuan MengajarGuru, (Online), 2009, Nomor 1, ( http://ppsupi.org/abstrakkadpen09,hotm/, 1 Juni 2009 ) Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005) M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003) Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS, Basic Kompetensi Guru, (Jakarta : Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995) Munifah, Peranan Kepala Sekolah Dan Pengawas Pendais Dalam Pengembangan Kemampuan Profesional Guru Pendidikan Agama Islam ( Online ), Nomor 1, ( http://ppsupi.org/abstrakadpen09. hotm/,diakses 1Juni 2009 ) Miles, Matthew B. dan Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif. Terjemahan: Tjejep RR (Jakarta: UI Press, 1992 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) Vincent, Managemen Kualitas, (Jakarta: Pustaka Utama, 2002) Vebrianto, Kamus Pendidikan (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994) Peter Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kotemporer (1991) R. Mill dalam Afnibar, Kinerja Guru Pembimbing dan Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: The Minang Kabau Fondation, 2001) Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001) Satrohadiwiryp, Konsep Dasar Pertahanan dan Keamanan, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2002) Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002) Satrohadiwiryo, Konsep Dasar Pertahanan dan Keamanan, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2002) Suprihanto, Penilaian Kerja dan Pengembangan Karyawan, (Yogyakarta: BPPC, 2000) Syiful Bahri Djamarah, Profesi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994) Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2003) Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik), (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2006), cet. 6 Tohari Musnamar, dkk, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Isalami, (Yogyakarta: UI Press, 1992) UU RI No 14 Tahun 2005, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung, Citra Umbara, 2006) Yudrik Yahya, Wawasan Kependidikan, ( Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Jenderal Pendidikan Dasar Dan Mnenengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003 ) UU RI Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003) UU SISDIKNAS , Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006) UUD 1945, Undang-Undang Republik Indonesia dan Perubahannya, (Penabur Ilmu, 2004) W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai Pustaka,1984) Umaidi, Pelatihan Dasar Kompetensi Diri, (Jakarta: Erlangga, 1999) Weni Subarkah, Kontribusi Kemampuan Profesional Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap KinerjaMengajarnya Pada SMA Negeri di Kota Cimahi, ( Online, 2009 ), Nmor, 1, ( http://ppsupi.org/abstrakad pen05”hotmi/, 1Juni 2009 ) Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan angka-angka, akan tetapi berupa kata-kata atau gambaran. Data yang dimaksud berasal dari angket, wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi dan dokumen-dokumen lainnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek yang berupa individu, organisasional atau perspektif yang lain. Adapun tujuannya adalah untuk menjelaskan aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati dan menjelaskan karakteristik fenomena atau masalah yang ada. Menurut Bogdad dan Taylor dalam buku Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghadirkan data deskriptif beberapa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan data deskriptif dari informasi tentang apa yang mereka lakukan dan yang mereka alami terhadap focus penelitian. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik antara lain: ilmiah, manusia sebagai instrumen, menggunakan metode kualitatif, analisis data secara induktif, deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, adanya fokus, adanya kriteria untuk keabsahan data, desain penelitian bersifat sementara, dan hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. Sesuai dengan tema yang peneliti bahas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research), dimana penelitian ini dilakukan langsung di lapangan yaitu di Sekolah Dasar kecamatan Padang Selatan (obyek penelitian) untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Peneliti mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kode dan dianalisis dalam berbagai cara. Berdasarkan pernyataan diatas, maka penelitian ini diarahkan pada kinerja guru bantu dan guru pegawai negeri sipil bidang studi Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar kecamatan Padang Selatan. B. Sumber Data dan Informan Penelitian Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Data merupakan hal yang sangat esensial untuk menguak suatu permasalahan, dan data juga diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau mengisi hipotesis yang sudah dirumuskan. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. 1. Sumber Data Primer Sumber data primer terdiri dari Guru bantu dan Guru Pegawai Negeri Sipil bidang studi pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar kecamatan Padang Selatan. Untuk lebih jelasnya guru bantu dan guru pegawai negeri sipil bidang studi pendidikan agama Islam pada masing- masing sekolah dapat didlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Guru bantu dan guru PNS bidang studi PAI yang menjadi Objek Penelitian No Asal Sekolah Nama Status 1 2 3 4 1 SDN 01 Alang Lawas Mashuri, SAg Honorer Syafrizal Candra, A.Ma.Pd Honorer 2 SDN 02 Pasa Gadang Aznideti, S.Pd.I PNS 3 SDN 04 Pasa Gadang Yulianisah, S.Pd.I PNS 4 SDN 06 Teluk Bayur Mairal Lisman Honorer 5 SDN 07 Mata Air 6 SDN 08 Alang Lawas Syafruddin, S.Pd.I PNS Afridon Candra Honorer 7 SDN 10 Mata Air Susi Satri, SPdI Honorer 8 SDN 11 Pasa Gadang Yulifatma, SPdI PNS 9 SDN 13 Seb- Padang Utara Ernita, SPdI Honorer Mustafa, S.Pd.I PNS 10 SDN 15 Belakang Pondok Mirawati, SPdi Honorer 11 SDN 16 Seb- Padang Utara Sumaryati Rahayu, A.Ma PNS 12 SDN 17 Mata Air Mariaman, A.Ma PNS 13 SDN 18 Alang Lawas Afrianto Honorer 14 SDN 20 Alang Lawas Dra. Aisyah Hilal, S.Pd.I PNS 15 SDN 22 Mata Air Indra Mulyadi, SE Honorer Hj. Yarnis, S.Pd.I PNS 16 SDN 23 Ranah Arwani PNS 17 SDN 26 Teluk BAyur Asnil, A.Ma PNS 18 SDN 27 Pemancungan Satmijon, S.Hum Honorer 19 SDN 28 Rawang Timur Syofwandi, S.Pd.I PNS 20 SDN 29 Pebayan Rismanidar, A.Ma PNS 21 SDN 31 Teluk Bayur Rosnelizar, A.Ma PNS 22 SDN 32 Pemancungan Dra. Yulina PNS 23 SDN 33 Rawang Barat Farma, S.Fil.I Honorer 24 SDN 34 Seberang Palinggam Suriati, A.Ma PNS 25 SDN 35 Jambatan Babuai Akmal Nurdin, S.Pd.I Honorer Syamsul Bahri, S.Pd.I Honorer 26 SDN 36 Alang Lawas Hasni, S.Pd.I PNS 27 SDN 37 Alang Lawas Nurma Yuni, A Ma. Pd Honorer 28 SDN 38 Seberang Palinggam Abd. Aziz, A.Ma PNS 29 SDN 39 Mata Air Dahliar, AMa PNS 30 SDN 40 Bukit Gado-Gado Drs. H. Khairul PNS 31 SDN 41 Seberang Padang Sel Ermayulis, S.Pd.I PNS Ermayulis PNS 32 SDN 42 Rawang Barat Irma Yenti. S.Sos I Honorer Ismawati, A.Ma PNS 33 SDN 43 Rawang Timur Drs. Ajri Syofyan PNS 34 SD Kartika 1-12 Muhadi. SAg Honorer 35 MIS Mata Air Mulya Rukmini PNS Hj. Rosmaneri, BA PNS Jumlah 44 Orang Dengan demikian terdapat empat puluh empat orang guru bantu dan guru PNS bidang studi pendidikan agama Islam sebagai data primer dalam penelitian ini. Dua puluh tujuh orang di antaranya berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil sementara lainnya berstatus sebagai guru bantu (honorer). Selanjutnya apabila dibandingkan jumlah guru pegawai negeri sipil dengan guru bantu (honorer), maka terlihat jelas bahwa guru bantu lebih banyak. Melalui para guru bantu dan guru pegawai negeri sipil bidang studi penedidikan agama Islam tersebut di atas penulis bermaksud memperoleh informasi. Data primer adalah data yang bersumber dari informan yang mengetahui secara jelas dan rinci mengenai masalah yang sedang diselidiki. Sebagaimana yang diungkapkan Moleong bahwa Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber utama dicatat melalui catatan tertulis dan melalui perekaman audio tape, pengambilan foto, pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta sehingga merupakan hasil utama gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. 2. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder penelitian ini yaitu Kepala Sekolah Dasar yang menjadi objek penelitian yang berjumlah tiga puluh lima orang. Untuk lebih jelasnya nama-nama kepala sekolah dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Nama-nama Kepala Sekolah yang Menjadi Objek Penelitian No Asal Sekolah Nama 1 2 3 1 SDN 01 Alang Lawas Ribosnita, S.Pd 2 SDN 02 Pasa Gadang Lirdha, S.Pd 3 SDN 04 Pasa Gadang Sahirman 4 SDN 06 Teluk Bayur Yelma Lebatri 5 SDN 07 Air Manis Marlinda Hayati, S.Pd 6 SDN 08 Alang Lawas Yusnaida 7 SDN 10 Mata Air Khairani Darwis, S.Pd 8 SDN 11 Pasa Gadang Dewi Nrferihani 9 SDN 13 Seb- Padang Utara Nursima, S.Pd 10 SDN 15 Belakang Pondok Salma 11 SDN 16 Seb- Padang Utara Osmizer Zem, S.Pd 12 SDN 17 Mata Air Tamzil Rota, S.Pd 13 SDN 18 Alang Lawas Asni Nelly, A.Md 14 SDN 20 Alang Lawas Musrsyita, S.Pd 15 SDN 22 Mata Air Armaini 16 SDN 23 Ranah Hj. Yenni Nurdin 17 SDN 26 Teluk BAyur Yulida, S.Pd 18 SDN 27 Pemancungan Endri.S. S.Pd 19 SDN 28 Rawang Timur Hj. Nurbaini 20 SDN 29 Pebayan Sri Hartati 21 SDN 31 Teluk Bayur Yulida, S.Pd 22 SDN 32 Pemancungan Sudirusman, S.Pd 23 SDN 33 Rawang Barat Ermawati 24 SDN 34 Seb-Palinggam Imsar 25 SDN 35 Jambatan Babuai Yunarti Rahman, S.Pd 26 SDN 36 Alang Lawas Hj. Salmiati, S.Pd 27 SDN 37 Alang Lawas Evi Trisna 28 SDN 38 Sebe- Palinggam Agustina 29 SDN 39 Mata Air Darmawati 30 SDN 40 Bukit Gado-Gado Lalazatulo. H. S.Pd 31 SDN 41 Seb- Padang Sel Bakhtiar, S.Pd 32 SDN 42 Rawang Barat Daryeli, S.Pd 33 SDN 42 Rawang Barat Daryeli, S.Pd 34 SDN 43 Rawang Timur Ismidar Maizal, S.Pd 35 SD Kartika 1-12 Yurnalis Jumlah 35 orang Kepala Sekolah sebagai sumber data sekunder dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kinerja guru bantu dan guru pegawai negeri sipil bidang studi pendidikan agama Islam di sekolah dasar kecamatan Padang Selatan. C. Desain Penelitian Memilih sebuah desain pada kegiatan penelitian harus disadari bahwa desain tersebut, memiliki konskuensi yang harus diikuti secara konsisten dari awal hingga akhir. Desain (design) penelitian adalah rencana atau rancangan yang yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan. Menyusun desain dalam penelitian kualitatif, secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Desain tersebut sewaktu-waktu bisa berubah karena terjadi interaksi antara peneliti dengan kenyataan, hal ini tidak dapat diramalkan sebelumnya. Namun, dalam penelitian ini peneliti menyusun desain terlebih dahulu untuk memudahkan dalam melaksanakan penelitian. Dalam menyusun desain penelitian ada serangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah yang akan diteliti. Langkah-langkah yang akan dilakukan harus serasi dan saling mendukung dan serasi antara satu dengan yang lain. Adapun langkah-langkah penelitian diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi, memilih dan perumusan masalah. Peneliti melakukan pengamatan sepintas untuk mengidentifikasi masalah terjadi di Sekolah Dasar kecamatan Padang Selatan. Setelah identifikasi masalah dilakukan peneliti memilih masalah yang paling menonjol dalam sekolah tersebut. Peneliti menemukan masalah terkait dengan kinerja guru bantu dan guru pegawai negeri sipil bidang studi Pendidikan Agama Islam. Dari permasalahan yang terjadi peneliti kemudian merumuskan masalah yang akan diteliti. Hal ini penting dengan tujuan untuk membatasi masalah penelitian yang telah ditetapkan. 2. Menelaah teori kepustakaan Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Dalam penyusunan landasan teori peneliti menggunakan berbagai sumber-sumber buku untuk dijadikan referensi yang kemudian akan ditelaah, dibanding-bandingkan lalu diambil kesimpulan teoritis. 3. Mengumpulkan data Peneliti mengumpulkan data yang terdiri dari data primer yaitu; kepala sekolah, dan guru sedangkan data sekunder, misalnya laporan atau dokumen-dokumen sekolah. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan cara interview (wawancara) dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada responden penelitian. Peneliti mengumpulkan data dengan dokumentasi, peneliti melakukan pengumpulan data tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, tetapi melaui dokumen misalnya laporan, catatan khusus dan dokumen lainnya. Peneliti mengumpulkan data dengan cara melakukan angket (kuesioner) yaitu peneliti membuat daftar pertanyaan mengenai suatu masalah yang akan diteliti untuk memperoleh data. Angket ini disebarkan kepada responden penelitian. 4. Menyajikan data Setelah data terkumpul penulis melakukan menyajikan data alur penting yang kedua dalam analisis adalah penyajian data. Dengan melihat penyajian data penulis dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh. Penyajian yang paling sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif yaitu, menyajikan data dengan menceritakan kembali tentang kinerja guru bantu dan guru pegawai negeri sipil bidang studi Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar kecamatan Padang Selatan. 5. Menganalisis dan menginterpretasikan data. Penulis menganalisis data-data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian, mulai dari data primer dan juga data sekunder serta dokumen-dokumen tertulis lainnya. Analisis data dilakukan mulai dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi), data yang diperoleh sejak awal penelitian peneliti analisis, diberi penjelasan secara sintesis yang selanjutnya disimpulkan sebagai pedoman penelitian. Analisis data digunakan peneliti terutama dalam memecahkan masalah penelitian untuk mencapai tujuan akhir penelitian. Setelah data dianalisis peneliti menjelaskan secara terinci tentang arti sebenarnya data yang telah dianalisis. Hal ini bertujuan untuk memberikan interpretasi data yang lebih luas dari data penelitian. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data ini adalah: 1. Mengumpulkan data melalui angket, 2. Mengolah data melalui tahap editing mengenai lengkapnya pengisian dan keterbacaan tulisan, 3. Coditing, yaitu usaha untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut aspeknya masing-masing, 4. Tally, yaitu; menghitung jumlah pilihan kategori atau alternative yang ditentukan responden, 5. Tabulasi, yaitu data yang sudah dihitung, dimasukkan kedalam tabel, 6. Analisis isi data, yaitu menganilsa presentase dan menginterpretasi data yang ada dalam tabel. Interpretasei data dibuat dengan pengolahan kuantitatif berdasarkan presentase pada frekuensi yang terdapat pada tabel dengan menggunakan rumus: P = F x 100% N Keterangan : P = Prosentase yang dicari F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden Data-data yang telah ditemukan frekuensinya dan presentasenya, kemudian dianalisa dengan kriteria-kriteria sebagai berikut : 100% = seluruhnya 51%-99% = sebagian besar atau pada umumnya (ketika presentase dekat ke 51% dikatakan sebagian besar, ketika dekat ke 99% dikatakan pada umumnya) 50% = separoh 1%-49% = sebagian kecil 0% = tidak ada Data-data yang diperoleh melalui wawancara, sebagai data sekunder, penulis tempatkan dan interpretasikan pada bagian akhir dari pengolahan dan penganalisaan data-data yang diperoleh melalui angket. 6. Membuat generalisasi dan kesimpulan Setelah melakukan analisis dan interpretasi, selanjutnya penulis membuat generalisasi dari penemuannya berdasarkan batasan-batasan penelitian yang ada, serta membuat kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan. D. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar ( SD ) yang ada di Kecamatan Padang Selatan terhadap Guru Bantu (guru honorer) dan guru Pegawai Negeri Sipil bidang studi Pendidikan Agama Islam. Semua kegiatan mulai dari pengurusan kelengkapan administrasi pada lembaga yang terkait sampai pengumpulan data yang diperlukan, dilaksanakan pada tahun pelajaran semester genap 2011/2012. E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode antara lain: 1. Metode Observasi Metode observasi adalah pengamatan melalui pemusatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra, yaitu penglihatan, peraba, penciuman, pendengaran, pengecapan. Observasi digunakan untuk memperoleh data di lapangan dengan alasan untuk mengetahui situasi, menggambarkan keadaan, melukiskan bentuk. Pada tahap awal, peneliti melakukan observasi untuk melihat, mensurvei dan mendata guru bantu dan guru pegawai negeri sipil yang ada di sekolah dasar kecamatan Padang Selatan. Penulis mengumpulkan data-data dengan jalan menjadi partisipan secara langsung dan sistematis terhadap objek yang diteliti, dengan cara mendatangi secara langsung lokasi penelitian yaitu Sekolah Dasar di kecamatan Padang Selatan. Selain itu, metode observasi juga bisa digunakan untuk mengamati kondisi sekolah dan sarana prasarana sekolah. 2. Metode Wawancara/Interview Metode interview adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan terwawancara (yang memberikan jawaban atas pertanyaan). Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara. Jadi, peneliti mengumpulkan data dengan cara mewawancarai secara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan, terutama yang terkait dalam permasalahan penelitian ini. Misalnya dengan melakukan wawancara dengan informan, sebagai berikut : a. Wawancara dengan Kepala Sekolah b. Wawancara dengan Guru Agama 3. Metode Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data dari: Berbagai jenis informasi, dapat juga diperoleh melalui dokumentasi, seperti surat-surat resmi, catatan rapat, laporan-laporan, artikel, media, kliping, proposal, agenda, memorandum, laporan perkembangan yang dipandang relevan dengan penelitian yang dikerjakan. Sebagian di bidang pendidikan dokumen ini dapat berupa buku induk, rapot, studi kasus, model satuan pelajaran guru dan sebagainya. Suharsimi Arikunto berpendapat bahawa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang variabel. Berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah prasasti, metode cepst, legenda dan sebagainya. Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan cara, sebagai berikut : a. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya b. Check List, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini penulis tinggal memberi tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud. Dalam penelitian ini dokumen yang penulis butuhkan adalah data guru bvantu dan guru pegagawai negeri sipil bidang studi Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar kecamatan Padang Selatan secara lengkap. Data yang dihasilkan penulis tersebut diharapkan mampu menjawab pertanyaan tentang kinerja guru bantu dan guru pegawai negeri sipil bidang studi Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar kecamatan Padang Selatan. G. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang dihasilkan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian. Untuk membuktikan validitas data yang diperoleh, peneliti meneliti kembali dengan mengambil data-data melalui tiga tahapan, diantaranya yaitu tahap pendahuluan, tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu, jika terdapat data yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan data sekali lagi di lapangan, sehingga data tersebut memiliki kadar validitas yang tinggi. Moleong berpendapat bahwa: “Dalam penelitian di perlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data” Sedangkan untuk memperoleh keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Presistent Observation (ketekunan pengamatan) yaitu dalam mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktifitas yang sedang berlangsung dilokasi penelitian. Dalam hal ini berkaitan dengan kinerja guru bantu dan guru pegawai negeri sipil bidang studi pendidikan agama Islam di sekolah dasar kecamatan Padang Selatan. 2. Triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dengan cara “membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif” Sehingga perbandingan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan tentang kinerja guru bantu dan guru pegawai negeri sipil bidang studi pendidikan agama Islam di sekolah dasar kecamatan Padang Selatan, dengan wawancara oleh beberapa informan atau responden. 3. Pengecekan anggota (Member chek) yaitu pengecekan kebenaran informasi kepada para informan yang telah ditulis oleh peneliti dalam laporan penelitian. Dalam kesempatan suatu pertemuan yang dihadiri oleh para responden atau informan dan beberapa orang peserta pengujian aktif. Peneliti akan membacakan laporan hasil penelitian. H. Tahap-tahap Penelitian Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan penelitian yaitu: 1. Tahap Pra Lapangan Memilih lapangan Mengurus perizinan, baik secara formal (ke pihak sekolah) Melakukan penjajakan lapangan, dalam rangka penyesuaian dengan obyek penelitian. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Mengadakan observasi langsung ke sekolah dasar di kecamatan Padang Selatan dengan melibatkan beberapa informasi untuk memperoleh data. Memasuki lapangan, dengan mengamati berbagai fenomena proses pembelajaran dan wawancara dengan beberapa pihak yang bersangkutan. Mengumpulkan data 3. Tahap Penyelesaian Adalah tahap terakhir dari sebuah penelitian. Pada tahap ini penulis menyusun dan menganalisis data yang diperoleh kemudian disimpulkan. Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah: Menyusun kerangka laporan hasil penelitian Menyusun laporan akhir penelitian dengan selalu berkonsultasi kepada dosen pembimbing. Ujian pertanggungjawaban hasil penelitian di dewan penguji Penggandaan dan menyampaikan laporan hasil penelitian kepada pihak yang berwenang dan berkepentingan. F. Analisis Data Data yang diperoleh sejak awal penelitian penulis analisis, diberi penjelasan secara sintesis yang selanjutnya disimpulkan sebagai pedoman penelitian. Analisis data dalam suatu penelitaian merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan analisis ini, data yang ada akan disajikan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian untuk mencapai tujuan akhir penelitian. Menurut Bogdan & Biklen dalam buku Moleong, analisis data kualitatif adalah “Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain” Menurut Suharsimi, dalam melakukan analisis data harus disesuaikan dengan pendekatan atau desain penelitian. Setelah berbagai data terkumpul, maka untuk menganalisanya digunakan teknik analisa deskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali data-data yang telah terkumpul mengenai kinerja guru bantu dan guru pegawai negeri sipil bidang studi Pendidikan Aagama Islam di sekolah dasar kecamatan Padang Selatan. Secara terperinci, proses analisis data dilakukan peneliti adalah melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Kegiatan ini dilakukan untuk pengkategorian dan pengklasifikasi data sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang sedang dicari datanya. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama penelitian ini dilaksanakan, mulai dari awal mulai dari awal mengadakan penelitian sampai akhir dalam bentuk laporan lengkap tersusun. 2. Penyajian data, alur penting yang kedua dalam analisis adalah penyajian data. Dengan melihat penyajian data penulis dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk menganalisis data yang adalah bentuk teks naratif yaitu, menyajikan data dengan menceritakan kembali tentang kinerja guru bantu dan guru pegawai negeri sipil bidang studi pendidikan agama Islam di sekolah dasar kecamatan Padang Selatan. 3. Menarik kesimpulan/Verifikasi, kegiatan analisis data pada tahap terakhir adalah menarik kesimpulan/verifikasi yaitu meninjau ulang catatan lapangan dengan seksama melalui pemeriksaan keabsahan data untuk menguji kebenarannya dan kecocokannya yang merupakan validitasnya.